Taman wisata Mekarsari, Desa Mekarsari, Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu lokasi agrowisata ruang terbuka yang memberikan alternatif sebagai tempat tujuan wisata. Pasalnya, tempat wisata ini menjadi pusat pelestarian keanekaragaman hayati buah-buhan tropika terbesar di dunia. Bahkan, jenis buah-buahan unggul dikumpulkan dari seluruh daerah di Indonesia. Taman wisata yang berada 30 kilometer dari arah tenggara Jakarta ini memiliki luas total area 264 hektar dengan jumlah pengunjung maksimal 285.120 per tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Chondro Suryono, menyebutkan bahwa pengelolaan lingkungan kawasan taman wisata ini harus memperhatikan aspek lingkungan, mendorong pemberdayaan masyarakat lokal, dan peningkatan pendapatan taman wisata Mekarsari dengan membentuk unit Research and Develoment.
Menurutnya, perkembangan jumlah penduduk Mekarsari dengan kedatangan wisatawan menyebabkan terjadinya interaksi aktif antara pihak pengelola dan wisatawan. Hal itu perlu diperhatikan terkait standar ratio lahan kebun dengan jumlah kebun.”Rasio ideal adalah 8:1, selanjutnya untuk menjaga tanaman dari pengunjung maka harus dilengkapi rambu-rambu dan aturan tegas terhadap perilaku pengunjung,” kata Suryono dalam ujian terbuka promosi doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (28/7).
Dia menambahkan pengelolaan Agrowisata yang berkelanjutan harus mengemas keunikan daya tarik wisata yang dimiliki seinovatif mungkin dengan menjaga kelestarian lingkungan dan melibatkan masyarakat. Adapun pemberdayaan masyarakat di sekitar taman wisata Mekarsari dapat diupayakan dengan kegiatan proaktif dalam penyelenggaraan coporate social responsibility, “Bukan hanya sekadar mengakomodasi permintaan lalu dipenuhi,” imbuhnya.
Disamping itu, rasio jumlah karyawan yang berasal dari luar wilayah Taman wisata Mekarsari terhadap jumlah karyawan yang berasal dari daerah sekitar dengan rasio 3:1 perlu dipertahankan. “Rasio ini patut dipertahankan,” katanya.
Meski jumlah pendapatan taman wisata dari kunjungan wisatawan dari tahun 2009 hingga 2013 menunjukkan penurunan, namun pihak pengelola, menurutnya, dapat melakukan peningkatan pendapatan melalui pengelompokan wahana berdasarkan zona dan setiap zona yang memiliki keungggulan. “Sesuai dengan visinya dalam mengedukasi pengunjung maka setiap pengunjung diwajibkan mengikuti satu jenis kegiatan tertentu terkait cara pembibitan,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)