Ketersediaan air bersih masih menjadi persoalan serius bagi warga Dusun Pawuhan, Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Meskipun warga mudah mendapatkan air tanah dengan kedalaman 5 meter, namun air tanah tersebut sudah tidak bisa lagi dikonsumsi karena tercemar.
Kondisi ini mendorong sejumlah mahasiswa Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada untuk meneliti lebih lanjut pencemaran yang terjadi di Dusun Pawuhan. Mereka adalah Afdhal, Nanang Suwandana, Diva Alfiansyah, Muchammad Reza Aditya, serta Abdul Rozak yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PE) UGM. Penelitian dilakukan di bawah bimbingan Drs. Imam Suyanto, M.Si.
“Penyebab tercemarnya air tanah ini masih belum diketahui secara ilmiah. Namun, dari penuturan warga penyebab tercemarnya air tanah tersebut terjadi setelah dilakukannya pengeboran sumur geothermal di arah timur-selatan Dusun Pawuhan,” paparnya, Senin (1/8) di FMIPA UGM.
Kondisi ini menyulitkan warga karena kebutuhan akan air sangat tinggi. Ditambah dengan profesi masyarakat yang sebagian besar sebagai petani. Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga harus mencari sumber air di Gunung Prau dan mengalirkannya dengan selang ke rumah mereka.
Diva menyebutkan persoalan yang terjadi di Desa Pawuhan ini menarik untuk dikaji lebih mendalam. Pasalnya, kebanyakan air yang tercemar banyak ditemui pada daerah-daerah yang terkena limbah sampah atau limbah pabrik yang umumnya berada di dataran rendah. Namun berbeda dengan Dusun Pawuhan ini, pencemaran terjadi di daerah gunung pada ketinggian 2000 – 2100 mdpl.
“Pencemaran yang terjadi di dusun ini tidak merubah warna airnya, namun yang berubah adalah rasa airnya menjadi asin,” terangnya.
Oleh sebab itu, mereka melakukan pemetaan air yang tercemar di wilayah tersebut. Pemetaan ditujukan untuk mengetahui batas air yang tercemar dan tidak tercemar. Penentuan sebaran air yang tercemar dapat dilakukan dengan metode geofisika yaitu metode geolistrik dan elektromagnetik. Metode geolistrik adalah metode geofisika menggunakan prinsip aliran arus listrik untuk menyelidiki struktur bawah permukaan bumi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kandungan kimia dan nilai resistivitas langsung dari sampel air yang tercemar dan tidak tercemar. Nilai resistivitas air tanah yang tercemar pada daerah penelitian berkisar antara 12,60 – 31,62 ohm.m. Sedangkan nilai RAE yang berbanding lurus dengan konduktivitas berkisar antara 0 sampai 9.
Dari data-data yang ada dapat ditentukan batas wilayah yang terkena pencemaran air. Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar tidak mengonsumsi air yang berada di area yang tercemar.
“Sementara bagi pengelola panas bumi diharapkan mengurangi limbah dari sumur produksi geothermal dengan cara mengolah ulang, memanfaatkan, dan membuat tampungan yang efektif,” katanya. (Humas UGM/Ika)