Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., melakukan kunjungan ke lokasi kegiatan program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM), di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah, Sabtu (30/7). Didampingi Direktur Penelitian, Prof. Sri Raharjo dan Direktur Pengabdian, Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng, Ph.D., Suratman menyaksikan pembukaan Festival Pesanggrahan yang diinisiasi mahasiswa KKN PPM UGM di halaman kantor Desa Pesanggrahan, Montong Gading, Lombok Timur.
Di ajang pameran potensi lokal desa tersebut, Suratman berdialog langsung dengan Kepala Desa, H. Badrun, dan sejumlah warga atas tanggapan mereka terhadap berbagai program yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa UGM. Badrun menyampaikan apresiasinya kepada UGM yang telah mengirim mahasiswa selama tiga tahun berturut-turut ke desanya. Menurutnya, keberadaan mahasiswa yang mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi selama tiga tahun telah berhasil meningkatkan potensi lokal ekonomi masyarakat terutama di bidang pertanian untuk produksi padi dan jagung. “Ada peningkatan produksi menjadi 60 persen,” kata Badrun.
Meski program utama kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya selalu berbeda, menurut Badrun, setiap kegiatan mahasiswa KKN PPM UGM ini disambut baik oleh pemerintah kabupaten. Bahkan, setiap tahun dukungan dari pemerintah selalu mengalir lewat penyaluran dana bantuan. “Keberhasilan KKN tahun ini terbukti banyak bantuan dari SKPD. Mulai dari Bupati menyerahkan Rp10 juta, PKK, dinas terkait. Begitu perhatian dari Pemkab. Masyarakat juga ikut membantu seluruh program. Semua ini adalah keberhasilan dari adik-adik, melakukan pembinaan dan menerapkan ilmunya,” katanya.
Koordinator KKN PPM unit 4 NTB, Rifki Faishal Lutfi, mengatakan selain melaksanakan program bidang pertanian, mahasiswa yang terbagi dalam beberapa kluster kegiatan juga melaksanakan kegiatan mitigasi bencana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang tangguh menghadapi ancaman bencana. Seperti diketahui, Desa Pesanggrahan yang memiliki jumlah penduduk 7758 jiwa tersebut berada di lokasi 30 kilometer dari puncak Gunung Rinjani. Selama ini yang menjadi ancaman bencana adalah ancaman bahaya lahar dingin dan gempa vulkanik dan tektonik. Selain melalukan mitigasi bencana, mereka juga mengajak masyarakat dari 6 desa untuk menanam pohon di sekitar lereng gunung Rinjani. “Ada 1000 bibit pohon yang sudah ditanam,” ujarnya,
Meski begitu, kata Lutfi, beberapa tema kegiatan KKN PPM yang mereka laksanakan sekitar 7 minggu banyak didukung oleh masyarakat sehingga banyak menuai hasil yang positif. “Disini kami belajar, tidak bisa semua dihitung dari sisi materi. Pengabdian kaitannya dengan ketulusan dan memberikan yang terbaik,” ungkapnya.
Astriana, peserta mahasiswa KKN PPM UGM lainnya, menuturkan ia bersama dengan rekan mahasiswa lainnya melaksnakan kegiatan penyuluhan kesehatan. Ia berkunjung ke rumah-rumah warga yang terdiri dari 6 dusun untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Ada beberapa temuan menarik menurut Astriana, yaitu sebagian masyarakat yang masih percaya dengan berbagai mitos untuk mengobati suatu penyakit. “ Di sini, sebagian masih percaya pada mitos, kena luka bakar diberi minyak tanah dan kalau anak demam hanya cukup dielus kepalanya tiga kali,” katanya.
Selain itu, kata mahasiswa dari Fakulats Kedokteran Gigi ini, di desa tersebut ternyata juga masih banyak wanita yang menikah di usia muda. Mereka pun mensosialisasikan pentingnya mengikuti program keluarga berencana. “Rata-rata menikah di usia 18 tahun, kita menyarankan bahwa menikah terlalu muda, jarak kehamilan terlalu rapat, jumlah anak banyak dan hamil di usia tua sangat berisiko,” katanya.
Prof Suratman mengatakan tahun ini UGM mengirim sekitar 6.000 lebih mahasiswa dalam program pengabdian kepada masyarakat melalui KKN PPM. Mereka tersebar di seluruh daerah. “Kita punya hajat besar untuk membangun dan mengubah keadaan. Filosofi kegiatan KKN PPM itu gotong-royong. Bagaimana mahasiswa kerja sama dengan masyarakat. Lewat transfer pengetahuan, yang dulunya tidak tahu jadi tahu. Setelah diberi pengetahuan bisa memitigasi dirinya sendiri untuk bidang bencana,” katanya.
Di Desa Pesanggrahan, kata Suratman, tema kegiatan sekarang ini lebih difokuskan pada program kegiatan mitigasi bencana dikarenakan masyarakat Pesanggrahan tinggal di sekitar area gunung Rinjani. “Dari sisi bencana, di sini ada ancaman lahar dingin, abu vulkanik, dan gempa, kita harapkan mahasiswa menyiapkan masyarakat tangguh bencana sekaligus menyelamatkan alam dan manusianya,” katanya.
Selain itu, Suratman mengapresiasi salah satu mahasiswa yang telah berhasil membuat alat untuk deteksi adanya getaran gempa. Meski masih terbilang sederhana, alat tersebut nantinya bisa dikembangkan lebih lanjut dan bisa diaplikasikan di masyarakat Pesanggrahan dan sekitarnya.
Dimas Fajrian Nugroho, mahasiswa prodi elektronika dan instrumentasi FMPIA UGM, yang membuat alat pencatatan getaran gempa bumi tersebut menuturkan alat tersebut dibuat dengan menggunakan gantungan bandul yang bergerak naik-turun. Gerakan bandul yang bergerak apabila terjadi gempa bumi ini nantinya akan dicatat secara digital yang ditampilkan di layar komputer. Alat yang menghabiskan dana sekitar Rp1,5 juta ini, menurut, Dimas dibuat dalam satu minggu setelah ia melakukan riset untuk membuat sebuah alat yang bisa diaplikasikan di daerah lokasi KKN tersebut. “Meski belum sempurna saya akan koordinasi dengan BMKG dan BPBD di sini terkait penyempurnaan alat ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)