Siapa tak kenal dengan kain batik. Beragam jenis batik tersebar di berbagai wilayah nusantara dengan kekhasan daerah-masing-masing. Kain ini telah dimasukkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Desa Pilang, Masaran, Sragen, Jawa Tengah merupakan salah satu sentra produksi batik di Jawa Tengah. Sebagian besar warganya bekerja menjadi perajin batik. Selain menjadi mata pencarian warga, membatik dilakukan sebagai wujud pelestarian budaya batik lokal.
Guna mengembangkan usaha batik warga Pilang dan mempromosikannya ke masyarkat luas, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya menginisiasi wahana wisata batik berbasis edukasi di Pilang. Mereka memberdayakan masyarakat Pilang dalam pengembangan wisata edukasi yang dinamai dengan program Taman Edukasi Batik Pilang atau disingkat Taksi Tilang.
Taksi Tilang ini digagas oleh lima mahasiswa yang bernama Alvin Nizam Wandala (Kepariwisataan), Rizky Puspa Dewi (Kebidanan), Faiz Afnan Nurrahman (Teknik Pertanian), Budi Utomo (Teknik Pertanian), dan Dwi Novitasary (Teknik Pertanian).
Faiz Afnan mengatakan program Taksi Tilang berbentuk sosialisasi dan penyuluhan kepariwisataan. Taman Edukasi Batik Pilang terdiri dari tiga pos utama. Di setiap pos-pos tersebut para wisatawan nantinya akan dikenalkan dengan batik dan diberikan berbagai informasi tentang batik yang mereka produksi.
“Disini para wisatawan juga diberikan kesempatan untuk belajar membatik secara langsung,” terangnya, Senin (8/8).
Lebih lanjut dijelaskan Faiz Afnan, di pos pertama pengunjung diperkenalkan alat, bahan, desain, dan praktik membatik. Selanjutnya, di pos kedua pengunjung akan dikenalkan proses pembuatan batik tulis secara lengkap. Lalu, di pos terakhir para wisatawan dikenalkan dengan batik printing.
“Jadi wisatawan berkeliling dari pos 1 ke pos 2 dan pos 3, lalu kembali ke pos 1 untuk praktik membatik,” ujarnya.
Usai praktik membatik para pengunjung melanjutkan perjalanannya menuju toko-toko batik milik kelompok batik warga sekitar. Disana wisatawan dapat membeli batik maupun oleh-oleh produk lokal Desa Pilang.
Dari program Taksi Tilang ini terbentuk struktur organisasi desa wisata edukasi batik, prosedur operasional standar pelayanan wisata, masyarakat sadar wisata dan jejaring kerja sama. Faiz Afnan berharap usai pendampingan dari UGM, kedepan masyarakat setempat dapat menerapkan pengelolaan wisata secara mandiri. (Humas UGM/Ika)