Kehadiran metode shunting memberi harapan bagi para penderita penyakit hidrosefalus. Terlebih penggunaan metode ini tidak lagi bergantung produk-produk yang berasal dari luar Indonesia.
INA Shunt karya Prof. Dr. Paulus Sudiharto, Sp.BS(K), ahli bedah syaraf di RSUP Dr. Sardjito, telah menjadi solusi. Produksi INA Shunt tersebut dipercayakan kepada perusahaan milik UGM yakni PT Gama Multi Usaha Mandiri melalui anak perusahaan PT Swayasa Prakarsa yang dalam pemasarannya bekerja sama dengan PT Phapros, Tbk.
“Ini merupakan sistem katup celah semilunar yang tidak hanya terjangkau, tapi juga dapat mengurangi tingkat risiko pada perawatan pasien hidrosefalus”, kata Sudiharto, di ruang teleconference, Ruang Bedah Syaraf RS. Sardjito, Senin (8/8).
Sudiharto menjelaskan satu-satunya cara terbaik mengobati penyakit hidrosefalus adalah operasi. Dengan operasi maka dapat menghilangkan pengumpulan cairan otak yang berlebihan di dalam tengkorak. Operasi dilakukan dengan memasang pompa dan selang khusus untuk mengalirkan cairan .
Sementara di tahun 2013, jumlah penderita hidrosefalus bawaan (kongenital) sebanyak 14.216 – 18.955 (Kementerian Kesehatan RI). Dari jumlah tersebut, sebagian besar penderita adalah mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga tidak sedikit pula dari mereka memeriksakan anaknya ke dokter pada saat terlambat.
Sudiharto mengungkapkan, INA Shunt sebenarnya telah dipatenkan pada September 2009 dan dikembangkan sejak 1978. Hingga kini telah dipasang pada 10 ribu pasien hidrosefalus.
“Beragam penyebab dan beragam usia, ada yang cacat sejak lahir, pendarahan di otak, infeksi, meningitis, tumor atau cedera kepala. Banyak bentuk dari hidrosefalus karena dari terhambatnya cairan serebrospinal di ventrikel (otak bagian tengah),” ungkapnya.
INA Shunt merupakan sebuah selang yang memiliki katup celah berbentuk semilunar dan diantaranya terdapat tonjolan antiselip. Katup semilunar ini terpasang pada sistem pompa dan selang kateter yang berfungsi mengalirkan cairan otak penderita hidrosefalus yang berlebihan.
“Keunggulan sistim ini adalah katup semilunarnya yang berfungsi untuk mencegah cairan masuk kembali ke dalam rongga kepala dan mengatur aliran sehingga tidak banyak terpengaruh aktivitas pasien. Adapun tonjolan antiselip dimaksudkan untuk mengantisipasi bahaya selang kateter terhisap ke dalam rongga otak yang bisa menyebabkan kematian,” ujar Paulus Sudiharto.
Menurutnya, INA Shunt merupakan sistem yang aman dipasang pada bayi berusia 10 hari hingga orang dewasa dengan syarat pasien dalam kondisi stabil. Pemasangan sistem pompa dari otak hingga perut dapat mengalirkan volume cairan otak pasien hidrosefalus hingga setengahnya.
“Memang sudah banyak dipergunakan di Medan, Bangka, Batam dan kota-kota lain, namun paling banyak dipakai di RSUP. Dr. Sardjito, dan harga INA Shunt sekitar 2 juta, jauh lebih murah dibanding dengan produk-produk luar negeri,” papar Sudiharto.
Usai meninjau beberapa pasien hidrosefalus di RS. Dr. Sardjito, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, menyambut baik kehadiran INA Shunt untuk penderita hidrosefalus. INA Shunt membuktikan penemuan produk inovasi alat kesehatan ini berdasarkan kerja sama riset antara RSUP. Sardjito, Universitas Gadjah Mada dan industri alat kesehatan.
“INA Shunt ini sudah dapat ijin edar dari Kementerian Kesehatan. Karena itu kami sangat mendorong produk inovasi alat kesehatan seperti ini dapat dimanfaatkan masyarakat, apalagi nanti masuk e-chatalog sehingga dapat dipakai di seluruh rumah sakit di Indonesia,” ujar Maura Linda.
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan berharap inovasi ini akan disusul inovasi-inovasi alat kesehatan lainnya karena hampir 90 persen alat kesehatan di Indonesia masih bergantung dari luar negeri.
“Tetapi dengan inovasi-inovasi dari dalam negeri, adanya program jaminan kesehatan, ada sistem penyediaan yang independen dan akuntabel seperti elektronik katalog, semua ketergantungan itu bisa didorong secara bertahap,” kata Maura Linda.
Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., Kasubdit Inkubasi Direktorat Pengembangan Usaha & Inkubasi Universitas Gadjah Mada, menyatakan INA Shunt merupakan bukti bahwa penemuan riset akademisi dapat dihilirkan ke masyarakat setelah melalui beberapa tahap uji. Karena itu, proses hilirisasi senantiasa berharap dukungan penuh dari Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti serta Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Humas UGM/ Agung)