Tradisi bhanti-bhanti merupakan tradisi lisan yang masih berkembang di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya yang memuat ingatan kolektif masyarakat Wakatobi yang diwujudkan dalam bentuk pementasan.
“Keberadaan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi ini tidak lepas dari beberapa unsur kelisanan seperti pementasan, formula, dan komposisi skematik,” kata Sumiman Udu, Rabu (10/8) saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “Tradisi Bhanti-bhanti Wakatobi: Pementasan, Formula dan Komposisi Skematiknya”, Sumiman menjelaskan pementasan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan peristiwa budaya yang melibatkan pelantun dan penonton dalam ruang waktu yang sama. Pementasan ini sangat ditentukan respons pelantun dan berbagai konteks dan respons penonton. Penonton yang dapat merespons konteks dan respons penonton merupakan pelantun yang disukai masyarakat Wakatobi.
Terkait formula pada tradisi bhanti-bhanti Wakatobi ini, Sumiman mengatakan formulanya disusun berdasarkan pola-pola formula dengan keunikan tersendiri. Formula tersebut adalah pengulangan kalimat dan pengulangan kelompok kata.
Sementara itu, komposisi skemati tradisi ini disusun berdasarkan beberapa hal. Salah satunya adalah pemanfaatan formula bhanti-bhanti sebagai sebagai pengembangan sekuen bhanti-bhanti yaitu pengulangan kalimat, kelompok kata, dan kata. Selain itu dalam penyusunan komposisi skematik dilakukan dengan memanfaatkan hubungan semantik antara satu bait dengan bait lainnya, memanfaatkan kalimat tanya, memberikan jawaban pertanyaan pelantun lain, serta merespon konteks yang ada.
“Komposisi skematik juga disusun berdasarkan atas pernyataan kontradiksi dengan bait sebelumnya. Kebanyakan mengangkat tema tentang kasih sayang ibu, kecemburuan, politik, cinta, dan refleksi masa lalu,” urainya.
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Halu Oleo ini menyebutkan ketiga unsur tersebut memegang peranan penting dalam upaya pelestarian tradisi bhanti-bhanti Wakatobi. Dari berbagai unsur pementasan tersebut, semuanya memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
“Karenanya upaya untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi bhanti-bhanti Wakatobi sebaiknya mendorong berbagai kebudayaan yang memungkinkan hadirnya pementasan tradisi ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)