Permasalahan penting yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah terkait batas maritim. Padahal, sebagai negara dengan ribuan pulau Indonesia mestinya memiliki 10 batas maritim dengan negara tetangga.
Ibarat memiliki sebidang tanah seluas 500 meter, maka batas-batas tanah tersebut harus mendapat persetujuan dari depan, belakang, kanan dan kiri. Indonesia hingga saat ini juga banyak menyimpan pekerjaan rumah terkait batas-batas maritimnya.
“Kita perkirakan terkait batas maritim ini kedepannya menyimpan potensi konflik sangat tinggi, akibat perbedaan persepsi atau klaim batas maritim sebuah negara,” ujar Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (17/8).
Berbicara dalam kuliah perdana 358 mahasiswa baru SPs (Sekolah Pascasarjana) UGM, Marsetio mengakui batas maritim dengan beberapa negara tetangga hingga kini belum usai. Diantaranya dengan India, Thailand, Malaysia, philipina, Palau, PNG, Timor Leste dan Australia.
Kondisi tersebut menyiratkan wajah Indonesia menyimpan konflik yang sewaktu-waktu daerah yang dimilikinya bisa di klaim oleh negara lain. Hanya dengan Singapura batas bisa tuntas, dan itupun baru selesai pada tahun 2013.
“Kita perlu Ketahanan Nasional, karena hal itu merupakan kondisi dinamik sebuah bangsa. Bangsa ini harus bisa mempertahankan jati dirinya dari pengaruh-pengaruh ideologi, politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, dan sebagai negara besar kita perlu nasional region yang tangguh agar kita tidak bercerai-berai,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Ir. Suryo Purwono, MA.Sc., Ph.D., berharap kuliah perdana bisa membekali mahasiswa baru agar memiliki pengetahuan ketahanan nasional perspektif maritim. Dengan bekal yang diterima mampu mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, baik dalam praktik maupun teori yang memadai untuk menyukseskan pembangunan dengan pendekatan yang holistik.
“Sekolah Pascasarjana saat ini memiliki 23 program studi dan 10 minat untuk S2 maupun S3. Dengan kuliah perdana ini, kami sangat mengharapkan para mahasiswa baru memperoleh manfaat agar nantinya bisa melengkapi kurikulum dalam kajian untuk mendukung kelancaran studi di Sekolah Pascasarjana di waktu-waktu mendatang,” katanya. (Humas UGM/ Agung)