Kelurahan Kricak, Tegalrejo menjadi kelurahan pertama yang mendapat titipan telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dari penelitian Eliminate Dengue Project (EDP-Yogya) di Kota Yogyakarta. Secara simbolis penyerahan telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wobachia dilakukan di Balai Serba Guna Kelurahan Kricak pada Senin, 15 Agustus lalu. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Vita Yulia, Camat Tegalrejo, Sutini Sri Lestari, Lurah Kricak, Agata Ari Wulandari, dan sejumlah warga Kelurahan Kricak.
Kelurahan Kricak yang terdiri dari 13 Rukun Warga dan 61 Rukun Tetangga mendapatkan titipan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sebanyak 293 titik atau rumah tangga. Harapannya, dalam jangka waktu tertentu nyamuk ber-Wolbachia dapat berkembang biak dan mampu melindungi wilayah tersebut dari ancaman demam berdarah dengue (DBD) secara alami, aman dan berkelanjutan. Setelah Kricak, secara bertahap nyamuk pengendali demam berdarah ini nantinya akan dilepas di sebagian Kota Yogyakarta hingga 2017 nanti.
Lokasi ini dipilih sebagai tempat pertama pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia karena tingginya angka kejadian DBD di daerah tersebut. Sementara itu, kepadatan penduduknya di Yogyakarta tergolong tinggi, dan nyamuk Aedes aegypti yang ditemukan sepanjang tahun. Oleh karena itu, Yogyakarta dipilih sebagai tempat pertama pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia. DBD juga masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat pada paruh pertama 2016 ini kejadian DBD per Juni sudah mencapai 623 orang. Sementara, jumlah penderita DBD pada periode Januari-Desember 2015 mencapai 943 orang
Kepala Dinas Kesehatan Kota, dr. Vita Yulia, M. Kes., dalam sambutannya berharap agar masyarakat terus mendukung penelitian Aedes aegypti ber-Wolbachia yang baru ditetapkan di Kota Yogyakarta. “Namun, masyarakat juga harus paham bahwa penelitian ini perlu waktu untuk bisa menurunkan kasus DBD, tidak bisa terjadi langsung. Mudah-mudahan kasus DBD bisa ditekan agar Yogya tetap mendapatkan predikat sebagai Kota Sehat yang sudah didapat selama lima kali,” kata Vita.
Sebelum melakukan peletakan telur nyamuk ber-Wolbachia, EDP-Yogya telah melakukan serangkaian komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat Kricak yang diakhiri dengan kesepakatan bersama warga untuk mendukung penelitian ini pada awal Agustus lalu. Eliminate Dengue Project Yogya (EDP-Yogya) yang digawangi oleh Fakultas Kedokteran UGM dan didanai Yayasan Tahija Indonesia kini tengah mengembangkan penelitian pengendalian DBD dengan menggunakan Aedes aegypti ber-Wolbachia. Nyamuk tersebut mampu menghambat penularan virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga tidak mampu menularkan virus dengue kepada manusia.
Prof. Adi Utarini, pimpinan penelitian EDP-Yogya, menyatakan apresiasi atas dukungan masyarakat terhadap penelitian ini. “Penelitian ini hanya akan berhasil atas dukungan masyarakat dan pemerintah, kami berharap telur nyamuk akan berkembang menjadi nyamuk dewasa dan kawin dengan nyamuk setempat untuk kemudian menghasilkan nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia. Harapannya, dalam kurun waktu tertentu, sebagian besar nyamuk Aedes aegypti yang ada di Kota Yogya akan mengandung Wolbachia”, paparnya.
Dengan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia, maka virus dengue tidak bisa ditularkan kepada manusia. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue yang cukup tinggi dan membutuhkan penanganan serius.
Camat Tegalrejo, Sutini Sri Lestari mengungkapkan harapan yang besar terhadap penelitian ini.
“Saat ini Kelurahan Tegalrejo menduduki peringkat kedua dalam angka kejadian DBD, semoga penelitian ini bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah DBD”, paparnya. (Humas UGM/Catur)