Kabupaten Lamongan, Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah daerah aliran sungai Bengawan Solo yang selalu meluap airnya saat musim penghujan. Memiliki kawasan yang lebih rendah dari daerah sekitar dan sungai Bengawan Solo menjadikan daerah ini tergenang banjir setiap hujan tiba. Daerah yang terdampak banjir tersebut dikenal dengan Bengawan Jero atau Bonorowo dengan luasan sekitar 50,17 persen dari luas wilayah Kabupaten Lamongan.
Drs.Soegiyanto, M.Si., dosen Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya, mengatakan kawasan Bonorowo pada musim hujan merupakan rawa, tetapi pada musim kemarau airnya surut dan lahan menjadi mengering serta pecah-pecah. Bonorowo mengalami perendaman berkala setiap tahun dengan jangka waktu yang beragam. Kawasan Bonorowo ini terhampar di 8 kecamatan bagian tengah Kabupaten Lamongan.
“Kedelapan kecamatan itu selalu tergenang banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo dengan frekuensi dan lama genangan lebih besar dibanding kecamatan lainnya,” paparnya Jum’at (19/8) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Geografi UGM.
Kondisi ini berdampak terhadap kehidupan masyarakat di kawasan Bonorowo yang sebagian besar memiliki lahan pertanian di dataran banjir. Melihat keadaan tersebut, masyarakat pun berupaya beradaptasi dengan lingkungannya. Mereka mengatur jadwal tanam menyesuaikan dengan musim, memelihara ikan, tambak udang, menyewakan perahu dan lainnya.
“Ketika musim hujan atau banjir datang, masyarakat mengubah pekerjaan yang semula bertani menjadi beternak ikan maupun pekerjaan lain sesuai keterampilan yang dimiliki,” jelasnya.
Soegiyanto menyebutkan tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam pemilihan strategi penghidupan masyarakat setempat. Misalnya, masyarakat dengan pendidikan tidak tamat SD akan bekerja di sektor non pertanian di daerah genangan tinggi seperti tambak udang dan ikan serta menyuruh isterinya bekerja. Sedangkan masyarakat di daerah genangan rendah kebanyakan menunggu bantuan dan menyuruh isteri mereka bekerja. Sementara masyarakat dengan tingkatt pendidikan SD, SMP, SMA, dan PT yang berada di daerah genangan tinggi memiliki kecenderungan bekerja di sektor non pertanian.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan pilihan strategi berdasarkan karakteristik daerah genangan adalah dengan bekerja di sektor non pertanian, mengurangi pengeluaran rumah tangga, menunggu bantuan dari anak, menyuruh isteri bekerja, dan mencari pinjaman uang. Dari sejumlah pilihan strategi tersebut, bekerja di sektor non pertanian seperti memeilhara ikan, tambak udang, dan beternak merupakan bidang yang paling banyak dipilih. (Humas Ugm/Ika)