Pemberian vaksinasi campak pada balita penting dilakukan untuk mencegah penularan virus campak yang mudah menular dengan cepat. Penularan penyakit ini terjadi melalui udara dari percikan air liur penderita.
Prof. dr. M Juffrie, Ph.D., Sp.A(K), dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM, menyebutkan bahwa vaksinasi campak merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan virus measles penyebab campak. Pemberian vaksin ini akan memberikan kekebalan tubuh terhadap campak.
“Pencegahan utama campak adalah dengan vaksinasi campak. Imunisasi campak penting untuk mencegah penularan penyakit yang sangat cepat,” kata Juffrie, Rabu (24/8) saat ditemui di ruang kerjanya di FK UGM.
Virus campak biasa menyerang saluran mukosa baik di daerah kulit, saluran cerna, maupun saluran pernafasan. Serangan penyakit ini ditandai dengan demam tinggi selama 3-4 hari, batuk, pilek, peradangan selaput mata, serta memunculkan ruam-ruam kecil kemerahan. Ruam ini akan muncul di kulit setelah beberapa hari mulai dari belakang telinga, sekitar kepala, leher dan akan menyebar ke seluruh tubuh.
“Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya, setelah 5 hari virus akan mati dengan sendirinya,” ujarnya.
Kendati tidak membahayakan, Juffri mengatakan bahwa penyakit ini tetap perlu diwaspadai, terutama pada anak yang memiliki kekebalan tubuh rendah, kurang gizi, dan mengidap penyakit berat. Anak-anak dengan status tersebut akan lebih mudah tertular campak dan dapat mengalami komplikasi.
“Jika dibiarkan bisa muncul komplikasi, black measles ini bisa mengakibatkan radang otak, radang paru-paru dan lainnya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Juffri menyarankan kepada para orang tua agar segera membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan apabila muncul gejala-gejala campak. Dengan begitu penderita bisa tertangani dengan baik dan terhindar dari kemungkinan timbulnya komplikasi.
“Untuk meminimalkan penularan, sebaiknya anak yang terkena campak diisolasi terlebih dahulu,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikan Juffrie, kejadian campak sangat jarang dijumpai di wilayah DIY. Hal ini dikarenakan cakupan imunisasi di DIY tergolong tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa DIY, DKI Jakarta, dan Jambi merupakan tiga provinsi yang telah mencapai target 100 persen anak balitanya yang berusia 0-11 dan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
“Jarang ditemui pasien campak di DIY ini, misalnya ada itu pun kasus rujukan dari luar DIY,” ungkapnya.
Imunisasi campak merupakan program imunisasi dasar wajib di Indonesia. Diberikan pada bayi berusia 9 bulan. Berikutnya, imunisasi lanjutan pada usia 24 bulan dan tambahan atau crash program hingga 59 bulan. Belum lama, tepatnya 4 Agustus lalu, Kementerian Kesehatan melakukan pencanangan Nasional Crash Program Campak Terintegrasi Bulan Pemberian Kapsul Vitamin A dan Obat Cacing.
“Pemberian vaksin ini sangat dianjurkan untuk mencegah dan mengeliminasi campak di Indonesia. Vaksinnya pun diberikan secara gratis oleh pemerintah dan bisa didapat di puskesmas seluruh Indonesia,” terangnya.(Humas UGM/Ika)