Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam kelompok studi Klinik Agromina Bahari Fakultas Pertanian UGM berhasil mengembangkan wisata edukasi cokelat pasir Merapi. Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Dusun Tanen, Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman itu dinamai dengan Edu Agro Tourism of COCOA (EAT COCOA Merapi).
Ketua penggagas Eat COCOA Merapi, Abdul Malik, menyampaikan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Dusun Tanen telah dilakukan sejak tahun 2013 silam. Bersama dengan lima temannya yaitu Endri Geovani, Hendri Yudha Winanto, Deni Muslifah, Siti Muawanah dan Restiana Ruly, Abdul merancang agrowisata yang memberikan fasilitas bagi para pengunjung untuk dapat mengenal lebih dekat tentang tanaman cokelat mulai dari kegiatan di kebun hingga proses pengolahan. Konsep pemberdayaan masyarakat ini pun sempat menjuarai Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia di IPB tahun 2013.
“Tujuan pengembangan agrowisata ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat petani untuk menyukseskan program pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi warga desa sekitarnya,” paparnya, Kamis (25/8) di Fakultas Pertanian UGM.
Abdul mengatakan saat ini di Dusun Tanen telah dikembangkan kakao seluas 9,9 ha yang dikelola oleh kelompok Tani Cokelat Tanen. Adapun kegiatan perkebunan kakao yang dilakukan antara lain konservasi lingkungan, pembibitan kakao, pengendalian hama penyakit terpadu, pembuatan pupuk kompos dan pupuk cair organik, serta fermentasi biji kakao.
EAT COCOA Merapi ini berhasil mendapatkan Hibah Bina Desa dari DIKTI yang kemudian digunakan untuk menunjang segala kebutuhan terkait realisasi Desa Wisata Pertanian Kakao Organik. Setelah melakukan berbagai kegiatan, akhirnya EAT COCOA Merapi saat ini telah siap menjadi destinasi wisata pertanian kakao atau cokelat di kawasan Lereng Gunung Merapi.
“Selain buah kakao yang ukurannya besar, daya tarik Dusun Tanen terletak pada hasil produk olahan cokelat yang khas dengan teksturnya yang menyerupai pasir Gunung Merapi salah satunya jadah cokelat dengan beragam variasi menu,” jelasnya.
Tidak hanya bisa menikmati uniknya cokelat pasir Merapi, pengunjung juga bisa merasakan cokelat langsung dari kebun. Selain itu, pengunjung pun dapat mengolah cokelat dan juga mengolahnya sendiri.
Abdul menambahkan selain wisata cokelat, EAT COCOA Merapi di Dusun Tanen, para pengunjung juga bisa belajar kesenian tari, karawitan, batik, dan tata rias. Selain itu, pengunjung juga dapat bermain bersama anak-anak desa dan bersama belajar membuat permainan khas ala anak desa dengan bahan yang diambil dari alam atau lingkungan sekitar. Sementara bagi para pengunjung yang menghendaki menginap di Dusun Tanen, EAT COCOA menyediakan fasilitas penginapan di rumah-rumah warga, yang dilengkapi dengan ruang pertemuan, tempat ibadah dan tempat olah raga maupun out bond.
Pengembangan Wisata Cokelat Pasir Merapi bersama EAT COCOA tersebut diharapkan dapat menjadi media belajar praktik di lapangan bagi para siswa dan mahasiswa untuk dapat mengenal dunia pertanian khusunya seputar kakao. Selain itu, diharapkan mampu mengoptimalkan proses pemberdayaan masyarakat petani kakao di Dusun Tanen.
“Dengan begitu, harapannya perekonomian warga khususnya di kawasan lereng Gunung Merapi meningkat,” harapnya. (Humas UGM/Ika)