Fakultas Geografi UGM sepakat menjalin kerja sama dengan Pemerintah Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Kerja sama dalam bidang pembinaan desa menuju desa wisata ditandatangani Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc., dan Kepala Desa Bugisan, Heru Nugroho, di Lantai 6 Gedung KLMB, Fakultas Geografi UGM, Jum’at (26/8).
Dekan Fakultas Geografi, Prof. Rijanta, menyambut baik jalinan kerja sama ini. Dengan menjalin kerja sama dengan Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten maka semakin banyak yang bisa dilakukan Fakultas Geografi UGM untuk masyarakat.
“Bagaimanapun berinteraksi dengan masyarakat desa adalah hal yang harus dilakukan Fakultas Geografi UGM. Urgensinya, apapun yang dilakukan bisa memberi manfaat pada masyarakat,” kata Rijanta.
Dengan kerja sama ini, UGM berharap bisa membantu lebih banyak Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten menuju desa wisata yang mandiri. Dengan Pusat Studi Pariwisata dan Departemen S1, S2 dan S3 Pariwisata, UGM berharap lebih banyak peran yang bisa dilakukan.
“Karena itu jangan segan-segan untuk selalu berinteraksi dengan Fakultas Geografi. Dengan kerja sama ini semoga bisa membantu keberlanjutan hidup masyarakat sebagai desa wisata. Kerja sama bukan sekadar tanda tangan di atas kertas tapi mari kita isi bersama dengan kegiatan-kegiatan nyata,” tuturnya.
Harapan yang sama disampaikan Kepala Desa Bugisan, Heru Nugroho. Baginya, kerja sama ini menjadi tahapan mewujudkam mimpi masyarakat Bugisan sebagai desa wisata yang mandiri. Sebab, banyak potensi unggulan yang dimiliki, diantaranya Candi Prambanan, Candi Plaosan dan lain-lain.
“Kesenian pun kita memiliki, Jathilan. Kesenian Jathilan ini bahkan sempat bermain di Jepang. Kemudian musik Pring Sedapur, kesenian ini pun sempat maju ke tingkat propinsi. Lainnya ada gejog lesung, karawitan dan lain-lain,” katanya.
Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, menambahkan sudah menjadi kewajiban universitas, dalam hal ini Fakultas Geografi UGM, mendampingi pembangunan desa-desa di Indonesia. Karena dengan cara itu, maka inovasi-inovasi bisa dibangun bersama antara UGM dan masyarakat.
Menuju desa wisata yang mandiri, kata Suratman, banyak hal yang harus diperhatikan. Diantaranya persoalan branding, leadership, network dan promotion. Selain itu, pembekalan socioenterpreunership untuk masyarakat.
“Untuk keberhasilan kerja sama ini, maka indikatornya adalah BUMDes, yaitu kesejahteraan naik. Desa harus berani membeli produk masyarakat, karena itu target lima tahun, maka BUMDes diharapkan naik. Dalam dua tahun syukur-syukur sudah mencapai 2 milyar,” katanya. (Humas UGM/ Agung).