Industri telekomunikasi di Indonesia bisa dikatakan berkembang cukup pesat bahkan jaringan telekomunikasi lewat operator seluler bisa menjangkau hampir di seluruh pelosok daerah. Meski begitu, penetrasi internet masih sangat rendah dan belum merata karena pembangunan infrastruktur telekomunikasi masih belum optimal. “Penetrasi internet hanya 34 persen, distribusi pengguna 78,5 persen ada di Jawa dan Sumatera,” kata pengamat telekomunikasi dari Fakultas Teknik UGM, Ir. Lukito Edi Nugroho, Ph.D., dalam Diskusi Strategi Membangun Infrastruktur Telekomunikasi untuk Pemerataan Pembangunan di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM, Jumat (26/8).
Menurut Lukito, percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi diharapkan bisa mendorong penetrasi internet. Oleh karena itu, pemerintah, BUMN dan Swasta bersinergi. “Kecenderungan persaingan operator telekomunikasi di Indonesia saat ini lebih banyak pada bisnis layanan bukan di infrastruktur,” ujarnya.
Untuk meningkatkan penetrasi internet, Lukito mengatakan perusahaan telekomunikasi bisa meniru dengan apa yang dilakukan oleh Google dengan menciptakan google loon atau facebook dengan mendesain drone untuk meningkatkan layanan internet di daerah terpencil.
Dr. Hendri Saparini, Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, mengakui bahwa peneterasi internet di Indonesia masih rendah karena masyarakat yang bisa dilayani masih sangat terbatas. Menurutnya, sumber persoalannya karena pembangunan jaringan infrastruktur lebih banyak dilakukan oleh perusahaan BUMN, sangat minim dari pihak swasta.”Padahal, infrastruktur tidak harus disediakan pemerintah namun swasta dan BUMN juga ikut membangun,” ujarnya.
Untuk melakukan percepatan pembanguan infrastruktur telekomunikasi, pemerintah melalui Telkom telah membangun jaringan serat optik dari Sabang sampai Merauke. Meski begitu, proses pemanfaatannya dan keberlangsungan industri ini sangat bergantung pada kebijakan pemerintah. “Kita mengharapkan industri ini tetap terjaga ada persaingan lebih, kita harapkan industri ini tumbuh dengan baik,” katanya.
Sementara itu, Dosen Sekolah Tinggi Teknik Elektro dan Informatika ITB, Dr. Ridwan Effendi, mengatakan persoalan infrastrutur telekomunikasi di tanah air dihadapkan pada enggannya operator swasta membangun jaringan BTS di seluruh daerah. “Seharusnya, operator punya kewajiban yang sama membangun di seluruh wilayah,” ujarnya.
Selama ini, menurut Ridwan, operator swasta lebih banyak membangun BTS di daerah yang padat penduduk dan memberi keuntungan finansial bagi perusahaan. “Daerah yang keuntungannya rendah tidak dibangun,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)