Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM berupaya untuk mengatasi masalah kekeringan di Desa Giripurwo, Purwosari, Gunungkidul. Melalui kegiatan Water Project mereka membantu masyarakat setempat membuat sumur bor, penampungan air, pipanisasi, dan pengadaan MCK serta sanitasi umum guna mengatasi kesulitan air warganya.
Koordinator Water Project, Wildan Salsabila, mengungkapkan kondisi warga Giripurwo selalu mengalami kesulitan air sepanjang tahun. Bahkan, wilayah Giripurwo dan Purwosari menjadi salah satu daerah yang mengalami kekeringan terparah di Kabupaten Gunungkidul. Hal ini disebabkan sumber air di desa tersebut sangat terbatas dan struktur tanah karst atau kapur membuat tanah tidak bisa menahan air. Kondisi ini mengakibatkan air langsung mengalir menuju sungai bawah tanah dengan kedalaman mencapai 100 meter.
“Sementara sumur dangkal yang dibuat warga jumlahnya begitu terbatas,” terangnya, Rabu (31/8) di UGM.
Wildan menyebutkan di setiap dusun hanya ada sedikit sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warganya. Sumur ini pun hanya dapat bertahan selama musim hujan. Sementara saat musim kemarau datang maka sumur-sumur menjadi kering sehingga warga kehilangan satu-satunya sumber air.
“Masyarakat biasanya membeli air atau menunggu bantuan air,” tuturnya.
Biasanya warga membeli air yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah Gunungkidul. Air tersebut dijual Rp120 ribu- Rp200 ribu per 5.000 liter. Sedangkan warga kurang mampu biasanya menunggu bantuan pemerintah atau bergantung pada sumber mata air dengan debit yang sangat kecil.
Kondisi kekeringan dan kesulitan air tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun di Giripurwo. Umumnya, warga sudah pasrah dengan keadaan tersebut.
“Sebenarnya warga sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi kelangkaan air dengan menampung air hujan, membuat sumur dalam hingga 30 meter tetapi tidak membuahkan hasil,” jelasnya.
Berawal dari keprihatian tersebut, UGM melalui program KKN-PPM berusaha menemukan solusi untuk mengatasi persoalan warga Giripurwo dengan menggagas program Water Project. Melalui program pengabdian ini diharapkan dapat mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Dari hasil eksplorasi di lapangan, mereka menemukan fakta bahwa pembuatan sumur bor baru relatif kurang efisien dan kurang luas kemanfaatanya. Untuk itu, tim KKN UGM berusaha mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi kekeringan. Mereka menemukan potensi sumber air bawah tanah di Desa Giripurwo salah satunya dari Laut Bekah. Di sumber air tersebut terdapat sungai bawah tanah di bawah tebing dengan ketinggian 80-100 mdpl.
“UGM bersama warga Desa Giripurwo menginisiasi pengangkatan sumber air bekah tersebut,” jelasnya.
Sumber air Bekah tersebut diketahui memiliki debit minimal 30 liter per detik sepanjang tahun. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan 3.000 keluarga dan kebutuhan air di Kecamatan Purwosari.
“Proyek pengangkatan air ini dibuat untuk mencukupi 3 desa di Kecamatan Purwosari dan Panggang yang benar-benar mengalami kesulitan sumber air. Adapun jaringan pipa distribusi dibuat sepanjang 14 km,” ujarnya.
Pelaksanaan Water Project untuk jangka pendek dengan pengadaan penampungan air sebesar 5.000 liter ditempatkan di beberapa dusun. Penampungan air ini digunakan sebagai tempat penampungan air dari sumur di musim penghujan dan penampungan air bantuan di musim kemarau. Sedangkan dalam jangka panjang berupa pipanisasi yang dimulai dari desain hingga realisasi.
“Melalui proyek ini harapannya warga Giripurwo kedepan tidak lagi mengalami kesulitan air terutama saat musim kemarau tiba,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)