Pemuda harus mampu menjadi agen dalam pembangunan nasional. Banyak masalah-masalah sosial di sekitar yang membutuhkan peran dari pemuda untuk mengatasinya, seperti kemiskinan, kesenjangan, rendahnya angka kewirausahaan dan pengangguran masih menjadi persoalan bangsa Indonesia.
Kondisi tersebut tentu dapat berkembang menjadi ancaman mengingat berbagai tantangan global sudah hilir-mudik di depan mata seperti implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, melalui Kompetisi dan Expo Nasional SOPREMA 2016 diharapkan mampu melahirkan sosok pemuda andal dalam berwirausaha sekaligus memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial di sekitarnya.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif Kemenpora, Dr. Jonni Mardizal, mengakui jumlah pengusaha di Indonesia masih dibawah 2 persen. Kondisi ini tentu sangat kurang dan jauh dari harapan ideal.
“Suatu ketika saya berkesempatan mengunjungi Mabes TNI, di hadapan 68 peserta PASKIBRAKA, saat saya bertanya tidak satupun dari mereka ingin menjadi pengusaha,” katanya di Grha Sabha Pramana, UGM, Senin (5/9) pada pembukaan kegiatan SOPREMA 2016.
Oleh karena itu, dengan dibantu banyak pihak, kata Jonni Mardizal, perlu dilakukan perubahan mindset secara pelan-pelan. Sebab, dirinya meyakini dengan memperbanyak pengusaha , terutama dari kalangan muda, akan memperkuat sendi ekonomi bangsa.
Untuk itu, Jonni Mardizal menyambut baik penyelenggaraan kegiatan SOPREMA 2016 di kampus UGM. Sebagai agenda tahunan, kegiatan ini diharapkan banyak melibatkan pemuda dan menghasilkan banyak enterpreneur dengan berbagai temuan-temuan baru yang inovatif.
“Karena kalau mau ekonomi kuat mestinya yang menjadi pengusaha itu besarannya sekitar 4 persen, tetapi tentu kita tidak dapat memungkiri bahwa jumlah penduduk kita juga banyak,” imbuhnya.
Dr. Paripurna Sugarda, S.H., L.L.M, Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, menambahkan penyelenggaraan SOPREMA 2016 merupakan kontribusi besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM dalam membentuk tren baru generasi muda. Tren membentuk mindset baru, dari yang semula bercita-cita mentalitas pekerja menjadi mentalitas enterpreuneur atau mempekerjakan orang.
Bagi Paripurna, kegiatan SOPREMA 2016 tentu tidak sekadar merespons situasi yang sedang terjadi. Lebih dari itu, ingin menciptakan pemimpin atau inovator-inovator yang siap bersaing di era MEA, sehingga Indonesia diharapkan bisa memenangkan persaingan.
“Sejalan dengan itu, di UGM saat ini pun tengah menjalankan program inovatif akademik. Yaitu semacam program untuk pengembangan socioenterpreunership, dan untuk kali ini merupakan pelaksanaan yang keempat,”tuturnya.
Dekan Fisipol UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto, menambahkan sebagai bagian dari 18 fakultas di UGM, maka ketika UGM mencanangkan sebagai sosioenperpreuneur university, Fisipol UGM sangat antusias untuk merealisasikan gagasan tersebut. Karena itu, di tahun lalu Fisipol UGM telah melakukan kegiatan SOPREMA untuk pertama kali.
“Kami mengawali pada level nasional dan tahun depan berharap menuju pada level internasional, ASEAN. Ini merupakan acara tahunan,” katanya.
Dengan berbagai hal yang dilakukan, kata Dekan, Fisipol UGM sedikit demi sedikit mampu merubah mindset lulusan yang tidak lagi berorientasi berkarier sebagai PNS. Jumlah lulusan yang tidak lagi berminat menjadi PNS cukup tinggi mencapai 30:70.
Ketua pelaksana SOPREMA 2016, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., menyatakan kompetisi SOPREMA 2016 diikuti 90 tim/ perseorangan socioenterpreneur pemuda yang telah dinyatakan lolos seleksi awal dari 275 pendaftar dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka yang lolos akan mengikuti kompetisi tahap semifinal pada 5 September 2016 dan final pada 6 September 2016.
Dalam proses seleksi, Hempri menjelaskan banyak ide cemerlang tertuang melalui proposal peserta SOPREMA. Meski begitu, dari ratusan proposal yang masuk tahap kualifikasi, proposal business plan masih mendominasi.
“Tentu sangat berbeda, business plan cenderung fokus menggali keuntungan, sedangkan SOPREMA atau socioenterpreuneur tentang memberdayakan masyarakat kecil atau kaum marjinal,” papar Hempri.
Hempri menambahkan, Sociopreneur Muda Indonesia (SOPREMA) merupakan ajang kompetisi bagi para pemuda dalam membuat proposal usaha yang memiliki dampak pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, 5 – 7 September 2016, ini mendapat dukungan dari Yousure, BRI, Kemenpora dan UGM.
“Selain kompetisi, SOPREMA diisi berbagai kegiatan diantaranya ekspo, lokakarya dan talkshow. Sementara hadiah yang diperebutkan sebesar 300 juta,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung;foto: Firsto)