Untuk menghadapi banyaknya perubahan pada lingkungan strategis pembangunan pertanian maupun tantangan untuk bersaing di pasar global, petani diharapkan andal dalam menjalankan multi perannya. Baik peran sebagai produsen, manajer/ pemimpin, wirausaha maupun fasilitator “petani-belajar-kepada-petani”.
Sementara, kompetensi petani fasilitator yang dimoderasi empati hingga kini belum secara optimal mendorong efektivitas Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S). Karena itu, agar optimal maka perlu mendeskripsikan kembali gejala dan fakta terkait multi peran petani, menganalisis tiga kluster kompetensi (pengetahuan, sikap mental, ketrampilan) peran petani sebagai fasilitator terhadap efektivitas P4S dan menguji empati memoderasi hubungan kluster kompetensi petani sebagai fasilitator dan efektivitas P4S.
“Dengan menggunakan metode penelitian gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta dengan strategi transformatif sekuensial, diharapkan bisa menjawab semua itu,” ujar Ir. Ajat Jatnika, M.Sc, dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang saat ujian terbuka Program Doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at (9/9).
Mempertahankan desertasi “Peran Kluster Kompetensi Petani Fasilitator Yang Dimoderasi Empati Terhadap Efektivitas Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya di Provinsi Jawa Barat, Ajat Jatnika mengatakan petani fasilitator P4S Jawa Barat berhasil memadukan perannya sebagai “model aktor rasional”nya sebagai produsen, manajer/ pemimpin dan wirausaha bidang pertanian. Model pembelajarannya berhasil berpartisipasi aktif pada penyuluhan pembangunan, baik dengan pendekatan “petani-pelajar-kepada-petani” maupun kemampuan memfasilitasi pembelajaran.
“Terutama fasilitas-fasilitas pembelajaran untuk non petani, seperti pelajar/ mahasiswa, ibu-ibu PKK, calon purnabhakti perusahaan swasta,” jelas Ajat, Widyaiswara Pertanian, BBPP Lembang, Jawa Barat.
Keberhasilan menjalankan perannya sebagai fasilitator, menurut Ajat Jatnika, karena petani melakukan pertukaran sosial yang secara sekuensial dimulai dengan pertukaran timbal balik diantara petani fasiltator dan pemerintah. Dilanjutkan pertukaran negosiasi diantara petani fasilitator dan kliennya (pihak penyandang dana dan pembelajar).
“Dukungan sosial yang diperoleh petani fasilitator adalah dari petugas pertanian, keluarga, tetangga dan sesama petani sekitarnya,”tutur Ajat.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan, sikap mental dan ketrampilan petani fasilitator secara simultan berpengaruh secara signifikan (p<0,05) terhadap efektivitas P4S. Meski begitu secara parsial, pengetahuan petani fasilitator tidak signifikan berpengaruh terhadap efektivitas P4S.
Sedangkan kontribusi pengetahuan, sikap mental, dan ketrampilan petani fasilitator terhadap efektivitas P4S berturut-turut 7,5 persen, 16,9 persen dan 25,1 persen. Kontribusi ketiga kluster kompetensi peran petani sebagai fasilitator terhadap P4S secara simultan adalah 32 persen, 68 persen, lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak masuk dalam penelitian. (Humas UGM/ Agung)