Hasil sidang Organisasi Standard Internasional (ISO) yg dilaksanakan di Edinburgh, Inggris sejak 5-9 September ini berhasil mengantarkan perjuangan UGM untuk menjadi pelopor negara berkembang yg berdaulat dan tangguh dalam Teknologi Mitigasi Bencana di pasar global. Selama 4 hari ini Teknologi dan Sistem Pemantauan serta Peringatan Dini Longsor (Landslide Early Warning System) karya UGM diuji secara intensif oleh 44 negara yang tergabung dalam ISO untuk merebut kepercayaan dan mendapat persetujuan untuk dijadikan sebagai rujukan dunia.
Berkat perjuangan gigih para peneliti longsor UGM yang dipimpin oleh Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D , dan didukung oleh Dr. Teuku Faisal Fathani dan Dr. Wahyu Wilopo, BNPB dan Badan Standardisasi Nasional (Dr. Nyoman Supriatna) maka “Landslide Early Warning System” karya UGM telah berhasil lolos untuk diproses lanjut sebagai standar rujukan dunia.
“Keberhasilam sebagai standar internasional ini akan berdampak penting pada kepeloporan dan kedaulatan Indonesia dalam industri kebencanaan di dunia, “ papar Dwikorita, Jumat (9/9).
Menurut Dwikorita hal ini juga berarti nantinya seluruh produk industri internasional untuk Landslide Early Warning System harus merujuk ke Sistem dan Teknologi karya UGM ini.
Lebih jauh Dwikorita mengatakan Indonesia dimotori oleh UGM adalah negara pertama dari “middle income country” yang berani mengusulkan produknya menjadi rujukan internasional. Tanpa keberanian ini Indonesia akan terpaksa menjadi ISO “taker” (pengguna ISO) dengan membayar biaya mahal apabila kita ingin produk atau sisten kita dapat diakui berkualitas sesuai standar internasional sebagai syarat untuk diterima di pasar global.
Keberhasilan UGM dalam merebut peluang menjadi rujukan standar internasional selama ISO ini diharapkan akan lebih mendorong dan menggalakkan proses hilirisasi riset di Indonesia, sehingga dapat menjadikan posisi Indonesia melompat menandingi negara-negara yang lebih dulu maju dan lebih tangguh teknologinya.
“Masih cukup banyak karya riset UGM yang dapat diproses lanjut menjadi standar internasional sehingga dapat memperkuat posisi riset UGM dalam proses hilirisasi ke industri,” pungkas Rektor UGM tersebut (Humas UGM/Satria)