Gerakan Nasional 1000 Startup Digital telah mencapai tahap ignition kedua pada Minggu (18/9) di Yogyakarta. Gerakan tersebut merupakan sebuah movement yang dibentuk untuk mewujudkan Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020. Gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini akan mencetak 1000 startup yang diharapkan menjadi solusi atas berbagai masalah di Indonesia lewat pemanfaatan teknologi digital. Bekerjasama dengan KIBAR, peserta Gerakan Nasional 1000 Startup Digital akan mendapatkan peningkatan kapasitas, mentoring dan inkubasi di berbagai kota di Indonesia.
Pada ignition tahap kedua, seminar terbagi mejadi lima sesi dengan tema berbeda tiap sesinya. Di setiap sesinya peserta diberikan pengetahuan langsung dari para ahli yang terlebih dahulu menggeluti startup. Panelis yang hadir diantaranya yaitu Andri Yadi (CEO dycode, pencetus aplikasi Movreak dan jepret), Alamanda Shantika Santoso (Vice President of Technology Product Go-Jek), Leonika Sari (Chief Executive Reblood), Alfatih Timur (Chief Executive Officer Kitabisa.com), dan masih banyak pembicara lainnya.
Andri dalam sesi pertama mengimbau peserta untuk membangun startup dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah atau hanya ingin mengikuti tren. Andri juga menambahkan bahwa Enterpreneurship merupakan cara hidup bukan semata-mata mencari kekayaan.
“Jika tujuan kalian hanya memperkaya diri sendiri, kalian harus siap-siap kecewa,” ujar Andri.
Senada dengan Andri, Reblood yang dirintis Leonika pun berawal dari problematika donor darah di Indonesia. Kebutuhan akan darah di berbagai wilayah di Indonesia sangat tinggi, akan tetapi ketersediaannya kurang dari cukup. Leonika mencontohkan di Kota Surabaya, sebagai daerah dengan pendonor daerah terbanyak di Indonesia, belum mampu untuk mencukupi kebutuhan darah di wilayahnya sendiri apalagi daerah lainnya. Leonika menambahkan jika dilakukan penghitungan maka setiap satu menit terdapat 10 orang yang membutuhkan darah, tetapi tiga diantaranya tidak mendapatkan darah. Berawal dari keresahan itu lah Leonika mendirikan Reblood, sebuah aplikasi yang dibentuk untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap donor darah di Indonesia.
“Mulai lah dari why untuk mencari solusi pemecahan terhadap suatu masalah yang ada, bukan what,” papar Leonika.
Hal serupa juga disampaikan oleh Alfatih yang sering disapa Timi, pendiri kitabisa.com. Banyaknya kegiatan donasi yang dilakukan untuk kegiatan bencana dan kegiatan sosial lainnya membuat Timi berpikir untuk membentuk kitabisa.com. Kegiatan donasi yang biasa dilakukan masyarakat terutama mahasiswa untuk kegiatan sosial seringkali tidak mendapat minat para donatur. Transparansi dana dan kejelasan kegiatan donasi membuat donatur tidak menaruh kepercayaan untuk mendonasikan dananya. Pasalnya, kegiatan donasi dilakukan di jalan-jalan dengan membawa kotak dirasa kurang terpercaya sehingga donatur enggan berbagi. Berangkat dari latar belakang itu lah Timi membuat kitabisa.com yang membantu pendonasian dana pada berbagai bidang.
“ Dengan Kitabisa.com pihak yang membutuhkan donasi dapat segera dibantu dan donatur pun tidak khawatir untuk mendonasikan uangnya. Dengan begitu semua pihak dapat terbantu,” jelas Timi.
Dapat memecahkan persoalan yang ada di masyarakat merupakan salah satu tujuan dari startup. Alamanda, salah satu orang dibalik suksesnya Go-Jek pun mengungkapkan kesuksesan paling tinggi yang dirasakannya dengan aplikasi Go-Jek. “Kesuksesan saya itu bukan saat Go-Jek mendapat bantuan dari investor jutaan dollar dari investor, tapi kebahagiaan paling tinggi bagi saya adalah ketika di jalan melihat drivers Go-Jek sedang menggunakan aplikasi Go-Jek, mengantarkan penumpang untuk menghidupi keluarganya di rumah,” ungkap Alamanda.
Menurutnya, keberhasilan Go-Jek yang sulit untuk tergantikan bagi Alamanda adalah mampu menghidupi 250.000 drivers Go-Jek di seluruh wilayah Indonesia. “Jika satu starup Go-Jek mampu menghidupi 250.000 orang di Indonesia, maka seharusnya dengan dibentuknya 1000 startup mampu membantu perokonomian 250 juta orang di Indonesia,” tukas Alamanda. (Humas UGM/Catur)