Fakultas Filsafat UGM bekerjasama dengan School International of Training (SIT) Study Abroad selama dua minggu, 19 September – 3 Oktober 2016, menggelar kegiatan Oriental Studies. Oriental Studies yang diikuti mahasiswa-mahasiswa Amerika Serikat dari berbagai perguruan tinggi berlangsung di Fakultas Filsafat UGM dan beberapa lokasi di luar kampus.
Disamping memberi pemahaman pada mahasiswa tentang nilai agama, budaya, kehidupan sosial dan bahasa, kegiatan oriental studies diharapkan dapat memberi pembelajaran tentang kenyataan hidup di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan pun dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan lapangan (out door).
“Sebagai format kerja sama internasional, SIT ini sudah berjalan selama tujuh tahun. Ini kumpulan masyarakat, dalam hal ini mahasiswa Amerika yang mendaftar dan mengikuti kuliah di luar negeri,” kata Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin, Dekan Fakultas Filsafat UGM, Senin (19/9) seusai membuka kegiatan.
Mukhtasyar menjelaskan mahasiswa Amerika yang mengikuti program ini bisa memilih studi di beberapa negara. Tidak hanya Indonesia, mereka bisa memilih studi ke India atau negara-negara Asean, seperti Vietnam, Philipina dan lain-lain.
Meski begitu, diantara beberapa pilihan negara, sebagian besar mahasiswa memilih Indonesia sebagai tujuan studi, terutama di Fakultas Filsafat UGM, karena mereka beranggapan bisa belajar lebih banyak tentang Indonesia.
“Dengan mayoritas penduduk muslim, sepertinya menarik mahasiswa Amerika belajar tentang agama orang Indonesia. Kenapa memilih Fakultas Filsafat UGM, karena disini mendalami atau mengkaji filsafat Indonesia,” jelasnya.
Mukhtasyar menjelaskan filsafat Indonesia, khususnya filsafat Pancasila, saat ini sangat diperlukan sebagai pijakan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah keagamaan, persoalan-persoalan sosial dan politik. Oleh karena itu, para mahasiswa Amerika yang datang ke Fakultas Filsafat UGM akan lebih banyak mempelajari Pancasila, dalam hal ini filsafat nusantara atau filsafat Indonesia.
Oleh karena itu, guna mendalami nilai-nilai tersebut, mereka tidak hanya belajar di dalam kelas. Mereka juga melihat kenyataan kehidupan beragama dengan mengunjungi pesantren-pesantren dan pusat-pusat kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Demikian juga, Candi Borobudur dan Prambanan sebagai simbol atau peninggalan sejarah yang sangat berharga bagi kehidupan beragama di Indonesia.
“Secara akademik, setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa akan mendapatkan kredit, karena ini adalah kuliah yang berbobot kredit. Selain itu, mereka pun diharapkan memperluas pengetahuannya tentang masyarakat Indonesia, dan pengalaman pribadi mereka tentang Indonesia,” papar Mukhtasyar.
Hastangka, S.Fil., M. Phil, koordinator SIT Fakultas Filsafat UGM, menambahkan program SIT Study Abroad sudah berlangsung sejak tahun 2011. Di Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan dengan payung besar bertema art, religion and social change.
Dengan tema besar tersebut, para mahasiswa mengikuti perkuliahan di Fakultas Filsafat UGM. Dalam program ini, mereka pun melakukan live in di desa sekitar Godean untuk memahami kehidupan masyarakat desa, belajar nilai-nilai pedesaan dan mengenal sekaligus membuat makanan-makanan tradisional.
“Mereka pun nantinya kita ajak mengunjungi pesantren di Pandanaran dan pesantren Gontor untuk melihat Islam Indonesia. Selain itu, kita ajak pula ke vihara, pura, Borobudur dan Prambanan untuk melihat bagaimana warisan-warisan tradisi masa lalu itu hidup dan belajar dari nilai-nilai warisan tersebut,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)