Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM menargetkan meraih akreditasi internasional dari Royal College of Veterinary Surgeon (RCVS) pada tahun 2019 mendatang. Oleh karena itu, pengelola fakultas telah melakukan proses pengajuan untuk mendapatkan akreditasi tersebut seraya melakukan pembenahan dalam pengembangan jaminan mutu di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal itu disampaikan oleh Dekan FKH UGM Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si., usai memberikan pidato laporan Dekan pada upacara puncak Dies FKH UGM ke-70 di ruang auditorium FKH UGM, Selasa (20/9).
Joko mengatakan untuk pemantapan proses pengajuan akreditasi internasional tersebut, FKH UGM belum lama ini menjalin kerja sama dengan School of Veterinary Sciences of the University of Liverpool, Inggris yang akan menjadi partner dalam memberikan penilaian akreditasi. “Tahun 2019 kita targetkan bisa terakreditasi internasional, sejalan dengan misi kampus UGM di tahun itu bisa masuk peringkat 500 besar dunia,” kata Joko.
Adanya pengakuan akreditasi internasional, kata Joko, nantinya dapat digunakan sebagai rujukan bagi institusi pendidikan kedokteran hewan lainnya di Indonesia dalam pengelolaan kurikulum, organisasi pendidikan dan proses pembelajaran. Menurutnya, pengembangan mutu yang berkelanjutan tersebut dilakukan lewat mekanisme PDCA (plan, do, check, action) dengan adanya unit penjaminan mutu FKH UGM.
Keberadaan sistem penjaminan mutu ini telah mengantarkan prodi kedokteran hewan FKH UGM mendapatkan sertifikasi ISO 9000:2008 dari TUV-Rheinland dan sertifikasi ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA). “Perlu diketahui, prodi kedokteran hewan UGM pertama di Indonesia yang telah bersertifikasi AUN-QA,” tambahnya.
Vaksinasi Anthrax
Selain di bidang pengembangan mutu akademik, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja Sama FKH UGM, Dr. drh. Soedarmanto Indarjulianto, mengatakan FKH UGM saat ini juga memprioritaskan untuk melakukan hilirisasi riset yang dihasilkan oleh peneliti FKH UGM. Salah satu diantaranya adalah Durante, alat deteksi daging bangkai, yang dikembangkan oleh Dr. drh. Yatri Drastini, M.Sc. “Saat ini, tengah dikelola oleh direktorat pengembangan usaha dan inkubasi UGM untuk tahap industrialisasi agar bisa produksi massal,” katanya.
Tidak hanya itu, tambah Indarjulianto, FKH UGM juga merespons terhadap berbagai isu tentang ketahanan dan keamanan pangan. Belum lama ini, adanya isu daging yang terinfeksi penyakit anthrax di Pacitan menjadi perhatian peneliti FKH. Bahkan, isu tersebut sempat menyebabkan beberapa warga masyarakat khawatir hewan kurban mereka terinfeksi sehingga minta untuk diperiksa para dokter hewan. “Kita mengirim mahasiswa dan dokter hewan pemeriksa hewan kurban ke Pacitan, kita temui ada yang warga yang takut makan daging, takut ada anthraxnya. Setelah diperiksa dokter hewan dan dinyatakan sapinya sehat, baru mau dipotong,”katanya.
Meski masih sebatas isu, pihak FKH UGM dan Balai Besar Veteriner dalam waktu dekat berencana untuk melakukan program vaksinasi anthrax untuk mengantisipasi dan mencegah penularan anthrax di Kabupaten Pacitan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)