Sekitar 3,3 milyar penduduk dunia hidup di daerah berisiko malaria. Sementara itu, sebanyak 1,2 milyar penduduk hidup di daerah berisiko tinggi, dengan jumlah kasus lebih per 1.000 penduduk.
Di Provinsi Aceh manifestasi klinis penderita malaria sangat bervariasi. Kondisi ini dikarenakan adanya variasi genetik. Meski begitu, polimorfisme gen pada parasit di Provinsi Aceh hingga saat ini belum pernah diteliti.
Demikian dikatakan dr. H. Kurnia Fitri Jamil, M. Kes., SpPD-KPTI, FINASIM saat menjalani ujian terbuka Program Doktor Fakultas Kedokteran UGM. Didampingi promotor Prof. dr. Supargiyono, DTM&H, Sp.Par(K)., SU., Ph.D dan ko-promotor Prof. dr. Din Syafruddin, Ph.D, promovendus mempertahankan disertasi berjudul Kajian Tentang Manifestasi Klinis, Respons Terapi dan Polimorfisme Gen Merozoite Surface Protein 1 dan 2 Penderita Malaria Falciparum di Provinsi aceh.
“Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dari gen msp1 dan msp2 terhadap manifestasi klinis malaria dan respons terapi pasien malaria falciparum di beberapa Rumah Sakit di wilayah Provinsi Aceh,” ujar Fitri Jamil, di KPTU FK UGM, Kamis (22/9).
Fitri Jamil mengungkapkan informasi tentang polimorfisme gen parasit dengan manifestasi klinis malaria akan berfungsi menjelaskan bagi klinisi dalam melakukan penatalaksanaan malaria secara efektif. Oleh karena itu, dari penelitian ini diharapkan dapat menganalisis peran dari gen msp1 dan msp2 terhadap manifestasi klinis malaria pada pasien di beberapa Rumah Sakit di wilayah Aceh.
Menurut dosen di Fakultas Kedokteran Unsyiah itu, keanekaragaman genetik parasit malaria di beberapa daerah endemis malaria di dunia telah dikaitkan dengan manifestasi klinis malaria. Manifestasi klinis malaria ini merupakan fenomena hasil interaksi antara parasit, inang dan lingkungan.
“Sedangkan informasi tentang polimorfisme gen penyandi, khususnya msp1 dan msp2 di Indonesia hingga kini masih sangat terbatas dan belum pernah dikaitkan dengan manifestasi klinis malaria,” ungkapnya.
Dari penelitian yang dilakukan, Fitri Jamil berkesimpulan gangguan fungsi hati secara signifikan banyak ditemukan pada pasien malaria falciparum di Provinsi Aceh dengan alel gen msp2 yaitu alel multipel FC27 + 3D7. Sedangkan alel gen msp1 tidak menunjukkan adanya hubungan dengan gejala klinis tertentu.
Respons terapi pada pasien malaria falciparum di Provinsi Aceh tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan tipe alel gen msp1 dan msp2 dan gejala malaria berat secara signifikan banyak ditemukan pada pasien malaria dengan alel gen msp1 tipe multipel K1+RO33 dengan nilai OR: 28,50. Sedangkan tipe alel gen msp2 tidak menunjukkan hubungan dengan gejala malaria berat.
“Tentu masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan manifestasi klinis malaria ringan dan malaria berat, gejala klinis dan respons terapi kaitannya dengan peran imunitas dari inang, karena dari situ akan diketahui kemungkinan hubungan tipe alel gen msp1 dan msp2 dengan resistensi terhadap obat antimalaria pada malaria falciparum,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)