Puluhan mahasiswa dari berbagai negara belajar jamu di UGM. Mereka mempelajari jamu dalam kegiatan Summer Course “Translating Jamu, Indonesian Herbal Medicine: From Ancient Knowledge to evidence Based Medicine” yang diselenggarakan Fakultas Farmasi UGM.
Kegiatan berlangsung selama 15 hari, pada 13-26 September 2016, dan diikuti sepuluh mahasiswa dari universitas di Mesir, Sudan, Malaysia, Vietnam, dan Jepang serta mahasiswa minat Farmasi Bahan Alam Fakultas Farmasi UGM. Mereka mendalami pengobatan tradisional dan tanaman obat Indonesia.
“Para mahasiswa tidak hanya diajak mengenal jamu sebagai obat herbal asli Indonesia, tetapi juga mempraktikkan langsung proses pembuatan jamu tradisional di masyarakat,”kata Dr.re.nat. Triana Hertiani, M.Si., Apt , Ketua Program Summer Course 2016, Senin (26/9).
Triana menyampaikan penyelenggaraan kegiatan ini merupakan salah satu wujud pelestarian budaya dan pemanfaatan jamu sebagai obat herbal asli Indonesia. Kegiatan diselenggarakan bekerjasama dengan sejumlah mitra luar negeri, antara lain dengan Mahidol University Thailand, University of Technology Malaysia di Malaysia, dan Ehime University Jepang. Selain itu, juga didukung oleh The Federation of Asian Pharmaceuticals Association (FAPA).
Program summer course Fakultas Farmasi 2016 menggabungkan kelas interaktif, kunjungan lapangan dan perjalanan budaya. Para peserta diberikan kesempatan untuk belajar tentang pemanfaatan dan pengelolaan jamu mulai dari proses penanaman tanaman obat, budidaya, produksi yaitu panen dan pengolahan pasca panen berupa pembuatan sediaan jamu. Bahkan, hingga pengujian bioaktivitas dan keamanan produk untuk dikonsumsi.
Dikatakan Triana, dalam kegiatan ini mahasiswa juga berkesempatan melihat dan mempelajari proses pembuatan jamu baik dalam skala lokal maupun secara modern dalam skala industri di pabrik jamu terkemuka. Tidak hanya itu, mereka juga berkesempatan mengunjungi bukit Turgo di kaki gunung Merapi untuk melihat keanekaragaman hayati tanaman berkhasiat obat, sentra penjualan simplisia bahan baku jamu di pasar Beringharjo Yogyakarta, dan B2P2TOOT Tawangmangu. Kemudian, pusat ekstrasi tanaman obat (PETO), industri lulur Cendani yang merupakan usaha kecil menengah (UKM) yang dirintis oleh alumni Fakultas Farmasi UGM, klinik herbal RS Dr. Sadjito Yogyakarta, serta mengunjungi industri obat herbal di Sukoharjo. Selain itu, juga mengunjungi sejumlah tempat wisata budaya di Yogyakarta dan sekitarnya.
Triana berharap melalui kegiatan ini dapat mengangkat jamu di kancah internasional sebagai bagian dari pengobatan tradisional yang setara dengan traditional chinese medicine (Cina) dan Ayurveda (India). Tidak hanya itu, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan peran serta UGM sebagai leader dalam pengembangan keilmuan jamu dan membuka peluang bagi semua kalangan dari dalam dan dari luar negeri yang tertarik mempelajari jamu sebagai obat herbal asli Indonesia.
“Kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kerja sama multilateral dengan institusi luar negeri khususnya dalam pengembangan jamu dan obat tradisional lainnya,”tuturnya. (Humas UGM/Ika)