Alumnus Fakultas Hukum UGM yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengajak mahasiswa untuk terus berinovasi dalam sesi Inspiring Person: Lebih Dekat dengan Ganjar Pranowo, Sabtu (24/9) di Grha Sabha Pramana. Dalam acara yang menjadi bagian dari penyelenggaraan UGM Expo 2016 ini, Ganjar mengisahkan pengalaman dan kegelisahan yang ia rasakan selama menjabat sebagai gubernur.
“Selama 3 tahun jadi gubernur saya mendapat banyak kerepotan. Banyak yang datang sama saya bawa masalah, protes ini itu. Tapi saya ya harus dengar mereka,” ujarnya.
Pengalaman sebagai gubernur tersebut membuatnya peka melihat berbagai masalah yang ada baik di tengah masyarakat maupun di dalam lembaga pemerintahan. Kebanyakan dari permasalahan yang ia temui adalah persoalan-persoalan lama, misalnya terkait isu pangan, kedaulatan energi, atau kinerja aparatur pemerintah, tapi belum ada solusi yang bisa benar-benar mengatasinya. Karena itu, diperlukan inovasi teknologi atau sistem baru yang bisa menjawab tantangan yang ada, salah satunya melalui penelitian di perguruan tinggi.
“Kami butuh hasil riset dari perguruan tinggi untuk bisa diaplikasikan. Siapa yang bisa temukan metodologi yang berhasil, serahkan sama saya. Siapa yang punya teknologi tapi tidak pernah dipakai, sini kami akan pakai,” paparnya.
Ia menyayangkan banyaknya hasil penelitian yang belum dimanfaatkan karena tidak dilakukan hilirisasi ke industri atau karena terkendala urusan administratif saat mengurus perizinan. Ia pun menyatakan komitmennya untuk mendukung para akademisi dalam mengembangkan hasil risetnya.
“Seperti Bu Rektor yang menemukan alat early warning system, itu sudah diakui di mana-mana kecuali di Indonesia. Karena itu, saya langsung usulkan supaya bisa dipasang di mana-mana, supaya itu bisa jadi solusi untuk bencana yang ada di Indonesia,” ujar Ganjar.
Karena itu, ia mendorong para mahasiswa untuk dapat terus mengembangkan riset-riset yang dapat menghadirkan solusi-solusi baru bagi persoalan yang ada, tanpa merasa takut akan pendapat-pendapat yang meragukan ide-ide kita tersebut.
“Misalnya, kita mau bikin pembangkit listrik dari nuklir tapi orang bilang nggak boleh nanti ini nanti itu. Semua dibilang tidak boleh akhirnya kita tidak melakukan apapun. Kita sering kali dilemahkan bukan dengan militer, tapi dengan ideologi yang “jangan-jangan” terus akhirnya kita nggak punya apa-apa,” ucapnya.
Ia pun menekankan pentingnya peran perguruan tinggi, termasuk UGM, sebagai pelopor dalam mengembangkan inovasi baik di bidang teknologi maupun di bidang sosial dan budaya. Dengan keterkaitan antara akademisi, pebisnis, dan pemerintah, diharapkan dapat tercipta inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
“Hari ini PR kita satu, yaitu kemandirian ekonomi. Kita perlu melakukan hilirisasi riset-riset berkualitas tinggi dan teknologi yang mumpuni, dan ini hanya bisa keluar dari universitas yang besar, salah satunya adalah UGM. Saatnya adalah sekarang, tidak bisa ditunda lagi,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)