Wajah ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani Banyu Soca Playen, Gunung Kidul, terlihat riang pagi itu. Sembari terus mengolah rumput untuk pakan ternak kambing, mereka memperhatikan dengan detail instruksi demi instruksi yang diberikan oleh para pembimbing. Dibimbing setidaknya tiga profesor dan beberapa dosen serta mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, Kelompok Wanita Tani Banyu Soca Playen sedang mempraktikkan pembuatan pakan ternak kambing yang dapat disimpan dalam waktu lama. Kegiatan yang berlangsung pada minggu lalu tersebut merupakan agenda pengabdian Fakultas Peternakan terutama dari Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak kepada masyarakat.
Kegiatan tersebut bertujuan membagi pengetahuan kepada masyarakat langsung bagaimana cara membuat pakan ternak yang tahan lama bila disimpan dan memiliki potensi penuruan kualitas yang kecil. Dengan demikian, apabila para peternak mampu mengaplikasikan pembuatan pakan tersebut maka petani tidak harus merumput sehingga tenaga dapat dialokasikan ke kegiatan lain yang dapat menunjang ekonomi.
“Pakan ternak yang mampu disimpan dalam jangka panjang dapat menjadi solusi dari permasalahan kekurangan pakan ternak saat kemarau di Gunung Kidul,” papar Ketua Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM, Prof Kustantinah.
Sementara itu, dosen Fakultas Peternakan lainnya, Prof. Ristianto Utomo, yang turut hadir mengikuti kegiatan tersebut menjelaskan bahwa dalam pembuatan pakan kambing memang memiliki sedikit perbedaan dibanding pakan domba. Proses pengawetan kedua pakan memang relatif sama, yakni dapat memilih pola pakan komplit atau dengan pola fermentasi biasa. Ristianto memaparkan bahwa jika berbicara pilihan bahan ternak maka perlu memperhatikan tujuan pakan dibuat. “Selain itu, ketersediaan bahan tingkat nutrisi yang diinginkan dan tingkat penerimaan ternak (palatabilitas) juga menjadi bahan pertimbangan,” kata Ristianto.
Prof. Lies Mira Yusiati yang ikut dalam demonstrasi pembuatan pakan tersebut menambahkan beberapa pakan yang popular digunakan sebagai pakan oleh peternak perlu mewaspadai kadar anti nutrisinya. Sebagai ahli biokimia pakan, Lies menyampaikan bahwa pengetahuan tentang antinutrisi sama pentingnya dengan informasi tentang nutrisi itu sendiri. Lies mencontohkan penggunaan daun lamtoro yang memiliki protein tinggi, tetapi mengandung mimosin dapat menyebabkan keracunan (sampai kematian) yang dicirikan dengan akutnya rambut kambing rontok.
Senada dengan Lies, Bambang Suwignyo, Ph.D., sebagai ahli hijauan pakan, memaparkan kandungan dalam daun lamtoro mengandung sekitar 5% mimosin dan juga tannin. Namun, efek mimosin ini dapat dikurangi dengan menjemur daun terlebih dahulu. Bambang juga menuturkan bahwa kandungan tanin sebenarnya dapat berdampak baik pada ruminansia bila jumlahnya tidak melebihi kadar 5% pada campuran pakan.
Sementara itu, Suwati, salah satu anggota kelompok yang memiliki empat ekor kambing, menyatakan bahwa mereka memang sengaja datang ke Fakultas Peternakan untuk belajar tentang pakan kambing. Suwati bercerita bahwa dahulu pernah mengikuti latihan yang serupa, namun belum merasa puas jika tidak dibina langsung oleh ahli dari Fakultas Peternakan.
“Alhamdulilah, pelatihan ini dapat kesampaian. Kami sangat berterimakasih karena Fakultas Peternakan sudah sejak tahun 2007 mendampingi kelompok kami sehingga dari dulu awalnya hanya sekitar 20 orang kini sudah menjadi 70 orang,” ujar Suwati. (Humas UGM/Catur)