Fakultas Teknik UGM menggelar workshop pengolahan air limbah yang diikuti dari berbagai perusahaan, organisasi, peneliti dan pemerhati pengolahan air limbah. Workshop tersebut diharapkan bisa membentuk asosiasi peneliti pengolahan air limbah sehingga ada standarisasi teknologi dalam pengolahan air limbah di Indonesia. Dalam workshop yang dilaksanakan dua hari, 5-6 oktober di hotel Harper Yogyakarta, peserta memaparkan berbagai hasil inovasi yang diterapkan untuk pengolahan air limbah di berbagai industri yang ada di Indonesia. Selain itu, ada juga riset tentang teknologi pengolahan air limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM, Wiratni Budhijanto, Ph.D., mengatakan tim peneliti UGM tengah mengembangkan desain anaerobic fluidized technology untuk pengolahan air limbah di TPA Piyungan, Bantul, Yogyakarta.
Menurut Wiratni persoalan pengolahan limbah cair di tempat pembuangan akhir selama ini belum dikelola dengan baik. Padahal, apabila tidak dikelola bisa mencemari kualitas air tanah di daerah sekitar TPA. Namun begitu, pengolahan air lindi selama ini tidak mudah karena memerlukan lahan kolam tampungan air yang cukup luas. “Kita kembangkan teknologi yang hemat tempat sehingga air lindi bisa diolah sebelum dibuang,”katanya.
Menurutnya, teknologi yang dikembangkan peneliti UGM tersebut bisa dimanfatakan untuk perikanan. Ia bersama dengan peneliti lainnya tengah membuat desain kolam ikan vertikal sehingga tidak memakan lahan kolam begitu luas. “Kita menggunakan smart aquaculture technology, yaitu kolam vertikal dengan kedalaman 2 meter, sehingga kesulitan terhadap lahan bisa diatasi. Kita akan menawarkan teknologi ini pada petani dan pengusaha untuk menjadi mitra riset,” ujarnya.
Wiratni menjelaskan prospek perikanan di Indonesia cukup besar. Dia menegaskan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara pengekspor ikan nila terbesar. Ia menyebutkan salah satu perusahaan perikanan di Semarang menjual ikan nila ke Amerika Serikat. Meski demikian, permintaan ikan nila dalam jumlah besar sulit terpenuhi karena perusahaan tersebut kewalahan dalam mendapatkan lahan kolam budidaya serta ketersediaan suplai air bersih. “Mereka kesulitan untuk mendapatkan lahan untuk pengembangbiakan dan sulitnya air bersih,” terangnya.
Dengan teknologi yang dikembangkan ini, menurut Wiratni, diharapkan bisa memberikan solusi dalam usaha pengembangan budidaya perikanan. Anggota ikatan praktisi air limbah , Ivan Affandi, memaparkan tentang arti penting dibentuknya asosiasi insinyur pemerhati air limbah. Dengan adanya asosiasi ini nantinya ada standarisiasi dan validasi teknologi baru yang akan masuk ke Indonesia. “Saat ini banyak teknologi yang masuk kadang baru skala laboratorium dijual ke Indonesia, perlu ada standar ,”katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)