Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bersinergi dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen di Indonesia melalui pemberian Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI). Sinergi ini menunjukan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dengan meningkatkan mutu para tenaga pengajar.
“Dosen pada masa lalu lebih banyak fokus hanya dalam pengajaran, ini harus diubah polanya. Seorang dosen harus menjadi pendidik yang profesional sekaligus menjadi seorang ilmuwan yang mampu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak., saat memberikan arahan kepada para penerima BUDI, Jumat (7/10) di Grha Sabha Pramana UGM.
Dalam kegiatan pembekalan ini, Nasir memaparkan tantangan besar yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi agar tidak tersingkir dan termarjinalkan dalam persaingan global. Jika dibandingkan dengan Cina, ia menjelaskan, Indonesia memiliki jumlah perguruan tinggi yang jauh lebih banyak. Meski demikian, secara kualitas, perguruan tinggi di Indonesia masih kalah unggul dibandingkan dengan Cina.
“Di Indonesia jumlah penduduknya 255 juta, dan kita memiliki 4.350 perguruan tinggi. Kalau dikomparasi dengan Cina yang jumlah penduduknya 1,4 milyar, mereka hanya punya 2.824 perguruan tinggi. Tapi 10 dari perguruan tinggi mereka bisa masuk ke dalam peringkat 500 universitas terbaik di dunia,” jelasnya.
Ia menyebutkan dua hal yang menjadi tantangan bagi pengembangan perguruan tinggi di Indonesia, yaitu inefisiensi dan inefektivitas proses pembelajaran. Karena itu, ia pun menuntut para penerima beasiswa untuk dapat menjadi penggerak kemajuan pendidikan di Indonesia.
“Dengan pemberian beasiswa ini kami menuntut para mahasiswa untuk terus meningkatkan mutu. Ini yang harus didorong agar pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Dengan mutu yang baik, kita bisa meningkatkan indeks persaingan global,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., saat memberikan sambutan. Ia menyambut baik program beasiswa yang ditawarkan Kemristekdikti bersama LPDP yang selaras dengan niatan UGM untuk memperbanyak jumlah mahasiswa pascasarjana dalam rangka menjadikan pendidikan pascasarjana sebagai tulang punggung pendidikan di UGM. Hal ini, menjadi hal yang penting mengingat peran pendidikan pascasarjana dalam mengembangkan riset dan IPTEK di Indonesia.
“Kita semua sudah satu hati, bertekad untuk sama-sama memajukan negara untuk bisa lebih tangguh dalam bersaing, terutama melalui SDM yang unggul dan pengembangan IPTEK. Dengan arah pengembangan tersebut, beasiswa BUDI dapat semakin mempercepat ketangguhan pendidikan pascasarjana di berbagai universitas di Indonesia,” paparnya.
Pada tahun ini, BUDI diberikan kepada 2.087 mahasiswa yang melanjutkan studi di 50 Perguruan Tinggi Negeri dan 9 Perguruan Tinggi Swasta di seluruh Indonesia. Dari jumlah penerima beasiswa ini, 208 di antaranya adalah mahasiswa yang diterima untuk melanjutkan studi di UGM.
“Tahun ini yang mendaftar ada 9.257 orang, tapi yang diterima hanya 2.087. Dari berbagai perguruan tinggi yang dipilih oleh para pelamar, UGM mendapat 208 mahasiswa, yang tertinggi bukan hanya di regional tetapi juga secara nasional,” ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemristekdikti, Prof.dr. Ali Ghufron Mukti, Msc. Ph.D. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)