Teknologi penginderaan jauh sangat diperlukan untuk pemetaan wilayah termasuk dalam upaya mitigasi bencana. Data penginderaan jauh dan analisis spasial dapat digunakan sebagai alat yang cukup efektif untuk mengurangi dampak bencana alam.
“Melalui penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan kondisi kerusakaan pasca bencana,” kata Muhammad Al-Amin Hoque, assistant Professor dari Department of Geography and Environment, Jagannath University Bangladesh, Kamis (13/10) di Fakultas Geografi UGM.
Dalam kegiatan PhD Talk yang diselenggarakan program studi S2 Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM ini, Hoque menyampaikan risetnya yang berjudul “Cyclone Disaster Mapping, Monitoring and Management Using Satellite Remote Sensing and Spatial Analysis”.
Dia menceritakan, di Bangladesh, terutama di Teluk Bengal, dalam setiap tahunnya bisa terjadi 2-3 kali badai tropis yang banyak menyebabkan korban jiwa maupun infrastruktur. Badai tropis ini tidak dapat dihindari, tetapi kerusakan yang timbul baik jiwa maupun infrastruktur sebagai dampak dari bencana badai dapat diminimalkan.
“Salah satu alat yang sangat krusial untuk membantu proses ini adalah data penginderaan jauh,” jelas kandidat doktor dari Remote Sensing Research Centre The University of Queensland Australia.
Hoque menyebutkan selain bisa untuk identifikasi dan pemetaan, data penginderaan jauh dapat digunakan untuk monitoring sebelum maupun setelah bencana. Tidak hanya itu, juga bisa dimanfaatkan untuk manajemen kebencanaan seperti penentuan rute evakuasi, penentuan shelter, dan lainnya.
“Penginderaan jauh bisa dipakai untuk membuat model kerawanan bencana di masa mendatang yang dapat disesuaikan dengan skenario perubahan iklim,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)