Sebanyak 130 ilmuwan sosial dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggara mengikuti konferensi internasional studi Asia Tenggara atau International Conference on Southeast Asia Studies (ICSEAS) yang berlangsung di Kampus UGM. Konferensi yang digagas oleh Badan Penerbit dan Publikasi (BPP) UGM ini membahas 7 topik utama, diantaranya tentang demokrasi, ketahanan pangan, kemiskinan, dan kesejahteraan dan berlangsung selama dua hari, 13-14 Oktober 2016.
Sejawaran asal Inggris, Prof. Dr. Peter Carey, yang menjadi pembicara kunci dalam konferensi tersebut lebih memfokuskan tentang perkembangan Indonesia dalam 15 tahun terakhir. Ia mengatakan dua tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah soal korupsi dan politisasi agama untuk tujuan politik. Dalam hal urusan korupsi, menurutnya, Indonesia telah menderita kerugian mencapai Rp205 triliun sepanjang tahun 2001-2015, namun hanya 11 persen atau Rp22 triliun telah diperoleh kembali melalui proses peradilan. “Jumlah yang hilang ini setara dengan seluruh anggaran untuk pembangunan 871 kilometer jalan tol dan jalan baru,” kata Peter Carey dalam International Conference on Southeast Asia Studies (ICSEAS), di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (14/10).
Korupsi terbesar, menurutnya, ada di lingkungan PNS dan korporasi. Menurut Carey langkah yang bisa diambil untuk menekan perilaku perampasan uang negara yaitu dengan memberantas mental permisif korupsi di lingkungan birokrasi, perusahaan serta di masyarakat.
Apa yang dihadapi Indonesia saat ini, kata Peter, mirip dengan yang dialami Inggris pada abad ke-18 yaitu ketika pemerintah menghadapi lembaga negara yang korup dan berupaya menciptakan kondisi pemerintahan yang efektif dengan melakukan administrasi modern untuk menghindari praktik korupsi.
Sementara itu, antropoplog UGM, Prof PM Laksono, menyoroti tentang perlunya pengenalan kearifan lokal dalam mengembangkan keberagaman pangan sesuai dengan kearifan rakyat. Hal itu dikemukakan Laksono karena ia menilai kebijakan pangan saat ini cenderung bersifat parsial dan masih fokus pada ketersediaan dan konsumsinya saja, “Peningkatan kapasitas produksi pangan nyaris terabaikan,” kata Laksono.
Ketua panitia ICSEAS, Dr. Pujo Semedi, mengatakan konferensi kali ini menawarkan ide dan membuka keragaman alternatif riset yang dapat terus dikembangkan para peneliti di Asia Tenggara. Menurut Pujo, perjalanan panjang Asia Tenggara yang melewati transisi dari masa kolonial hingga bebas dari penjajahan menawarkan ragam pengetahuan yang dapat digali lebih lanjut. “Para peneliti ini turut menyumbangkan kontribusi dalam isu-isu yang berkembang di Asia Tenggara,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)