Target pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu MW yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo membuat lonjakan kebutuhan sumber daya manusia baik dalam proses konstruksi maupun operasional pembangkit listrik nantinya. Hal ini memberikan peluang yang besar bagi para lulusan di bidang terkait untuk memperoleh pekerjaan di bidang yang strategis ini. Meski demikian, untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang berkualitas, lulusan perguruan tinggi tidak dapat sekadar mengandalkan kemampuan akademis.
“Kebutuhan SDM untuk pengelolaan operation and maintenance untuk mendukung target tersebut cukup besar dan diperlukan akselerasi penyiapan kompetensi untuk menciptakan SDM yang berkualitas. Kemampuan akademik penting, tapi tidak cukup hanya dengan itu. Kita harus juga memiliki kompetensi, karakter, serta nilai-nilai yang baik,” ujar Direktur Utama PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Ir. Iwan Agung Firstantara, M.M., dalam seminar Learning with CEOs, Rabu (19/10) di Kantor Pusat Fakultas Teknik UGM.
Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama antara Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM dan PT PJB yang merupakan anak perusahaan dari PT PLN. Di hadapan para mahasiswa yang hadir, alumni Fakultas Teknik dan Magister Manajemen UGM ini berbicara mengenai pentingnya membangun kepribadian mahasiswa untuk mencapai karir dan masa depan yang gemilang. Peningkatan kompetensi, menurutnya, menjadi hal yang sangat penting khususnya di era Masyarakat Ekonomi ASEAN di mana persaingan kerja menjadi semakin ketat dengan masuknya SDM dari negara-negara ASEAN lainnya.
“Peluang memang cukup besar karena kita membutuhkan sekitar 20.000 SDM saat konstruksi dan 15.000 untuk operasional. Tapi di sisi lain juga ada ancaman, sekarang dengan adanya MEA bahkan dari negara lain bisa masuk tenaga kerja yang jauh lebih murah daripada tenaga kerja kita,” ujarnya.
Selain meningkatkan kompetensi, hal lain yang perlu dimiliki oleh para mahasiswa saat ini adalah visi akan masa depan mereka. Iwan menyampaikan mengenai sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Universitas Yale di mana para lulusan mereka diminta untuk menuliskan visi mereka dalam beberapa tahun mendatang. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sedikit dari mereka yang mampu menuliskan dan memahami dengan jelas visi mereka. Namun, ketika diamati 20 tahun kemudian, mereka yang mengerti akan visi mereka terbukti lebih sukses dibandingkan mereka yang tidak memiliki visi yang jelas.
“Tidak mudah menuliskan visi, tapi kita hidup dengan digerakkan oleh visi kita, baik yang tertulis atau tidak tertulis. Seberapa kuat visi kita itu akan menentukan bagaimana kita menjalankan hidup kita. Semuanya bisa dipersiapkan mulai dari sekarang, waktu jadi mahasiswa sudah siap bagaimana kita memposisikan dan mencapai masa depan yang lebih baik,” kata Iwan.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Dekan Fakultas Teknik UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc., Ph.D., memaparkan mengenai pentingnya pengembangan soft skill bagi mahasiswa yang dimulai dari kampus.
“Sebelumnya pernah dilakukan tracer study kepada para alumni, dan diketahui bahwa soft skill masih menjadi kata kunci dari mereka, masih menjadi PR buat kita untuk dapat memberikan bekal kepada mahasiswa dalam menghadapi kehidupan selepas kuliah,” paparnya.
Karena itu, ia menyampaikan, fakultas-fakultas di UGM kini mulai mengembangkan kanal pengetahuan dan informasi yang menjadi wadah bagi para akademisi, mahasiswa, serta masyarakat umum untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan serta di saat yang sama juga terus mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan minat dan keterampilan para mahasiswa. (Humas UGM/Gloria)