Peran strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh perguruan tinggi. Dalam hal riset, aktor yang berperan bukan hanya dosen atau peneliti. Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) juga menempati kedudukan yang penting dalam menopang kemajuan riset di perguruan tinggi.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, dalam Seminar Nasional Pranata Laboratorium Pendidikan Indonesia, Kamis (20/10) di Grha Sabha Pramana UGM. Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama antara Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan (PPLP) UGM dan Direktorat Sumber Daya Manusia UGM.
“Jantung ilmu pengetahuan sebagian besar ada di perguruan tinggi. Dan Bapak Ibu bukan sekadar aset fakultas, aset pusat studi, atau laboratorium, tapi sesungguhnya Bapak Ibu adalah aset bangsa ini untuk memperkuat riset dan meningkatkan daya saing bangsa,” ujarnya di hadapan sekitar 400 orang PLP, Laboran, dan Teknisi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia,”kata Suratman.
PLP sendiri merupakan jabatan fungsional pelaksana teknis di bidang pengelolaan laboratorium. Tugas pokok PLP adalah mengelola laboratorium melalui serangkaian kegiatan perancangan kegiatan laboratorium, pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan, pemeliharaan perawatan peralatan dan bahan, pengevaluasian sistem kerja laboratorium, dan pengembangan kegiatan laboratorium baik untuk pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat.
PLP, menurut Suratman, bukan hanya menjadi pemeran pembantu dalam penelitian, melainkan memegang peran sebagai salah satu motor yang mendorong riset bersama para peneliti. Oleh karena itu, diperlukan sebuah roadmap nasional yang merancang pengembangan PLP dalam tahun-tahun mendatang.
“Harap ada perubahan manajemen infrastruktur laboratorium. Alat-alat canggih yang diperlukan untuk riset harus segera diadakan dan kita harus merebut teknologi produk-produk paten untuk dihilirisasi. UGM sudah memulai ini, dan harapannya di universitas lain juga mulai dibuat masterplan,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Karir Tenaga Kependidikan Dikti, Dr. Feri Ramadhan, memaparkan rencana kegiatan dan regulasi Direktorat Jenderal Sumber Daya IPTEK dan Dikti untuk mewujudkan PLP yang kompeten dan profesional. Salah satu hal yang perlu menjadi fokus, menurutnya, adalah bagaimana membangun kerja sama yang baik antara PLP dengan dosen peneliti.
“Berkaitan dengan riset, kata kuncinya adalah kerja sama PLP dengan dosen. Mereka itu seharusnya bermitra, jadi jangan sampai justru bersaing,” ujarnya.
Untuk menunjang peran PLP sebagai motor riset, Feri menjelaskan, Kemristekdikti telah merancang berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan intensif bagi para PLP. Hal ini diharapkan dapat menjadi bukti perhatian yang sama dari pemerintah baik kepada dosen maupun kepada PLP.
“Sudah seharusnya PLP di-support dengan stimultan-stimultan untuk terus mendorong kinerja mereka. Kita rencanakan akan dilakukan program training dan exchange ke luar negeri sama seperti para dosen,” imbuhnya. (Humas UGM/Gloria)