Gerakan Nasional 1000 Startup Digital telah sampai pada tahap ketiga yaitu Hackathon. Setelah melewati dua tahap sebelumnya yakni Ignation dan Workshop, terpilihlah 31 tim yang berhasil lanjut ke tahap Hackathon. Pada tahap Hackathon peserta akan menciptakan sebuah prototipe dari ide-ide yang telah direncakan sebelumnya. Pada tahap ini peserta akan dimentori oleh para profesional di bidang startup. Para mentor tersebut yakni Lutvi Rosyady (Head of Product, GO-Jek), Fadli Wilihandarwo (CEO Pasienia), Guntur Sarwohadi (Head Of Mentor Inovative Academy), Yogi (Head of Product Pixmix), dan masih banyak lagi. Tahap Hackathon dilaksanakan pada Sabtu (22/10) Grha Sabha Pramana UGM.
Pada tahap Hackathon kali ini dibuatlah sebuah metode baru bernama Hacksprint. Berbeda dengan metode-metode yang yang bisasa digunakan dalam Hackathon pada umumnya, Hackspint mampu memvalidasi produk yang telah diciptakan para peserta. Bila biasanya produk yang diciptakan hanya sampai tahap prototipe atau berupa gambar dan tidak tervalidasi serta tidak ada kelanjutnya, produk yang dihasilkan tidak dapat digunakan users. Kekurangan tersebut dapat dipecahkan dengan metode Hacksprint dimana peserta akan membuat produk yang siap dipakai oleh users dan sudah tervalidasi pasarnya.
“Dari metode Hacksprint, Minimum Variabael Produk (MVP) sudah ditentukan dan sudah tervalidasi, itu yang penting,” jelas Fadli Wilihandarwo, selaku mentor produk dan desain Hackathon.
Tahap Hackathon diawali dengan dibentuknya beberapa tim yang beranggotakan peserta dengan keahlian yang berbeda-beda. Dengan demikian, dalam satu tim akan diisi oleh anggota yang ahli di bidang Hipster, Hacker, dan Hustler. Dalam startup digital, hipster adalah seorang yang ahli di bidang desain grafis, hacker adalah pengembang dan hustler adalah seorang marketing. Komposisi tersebut merupakan komponen dasar untuk membangun sebuah startup digital. Hal itu dimaksudkan agar peserta dari setiap tim yang terbentuk dapat saling melengkapi skill yang dibutuhkan satu sama lain.
Setiap tim akan membuat prototipe dalam tahap Hackathon ini. Dalam pembuatannya, diperlukan beberapa tahapan yang tidak singkat. Mula-mula, masing peserta akan melakukan warming up yang kemudian para anggota akan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota. Selanjutnya, setiap tim akan melakukan tahap starting dan para peserta akan memilih satu tipe costumer spesifik beserta masalahnya. Tahap berikutnya peserta akan melakukan acceleration, dan setiap peserta akan secara cepat melakukam perbaikan melalui sketching. Terakhir, peserta akan melakukan constant speed dan deceleration, yaitu peserta akan membentuk produknya dan membuktikan produk yang mereka buat dengan cara tes langsung ke calon user mereka.
Para peserta tidak hanya dituntut untuk membuat sebuah prototipe saja, tetapi mereka diharuskan memahami validasi bisnis dan bisnis model. Hal tersebut penting untuk dapat menciptakan startup digital yang mampu terus berkembang dan berkelanjutan. “Pada akhir Hacksprint peserta akan mempresentasikan prototipe produk mereka di hadapan para juri,”uraai Fadli.
Adapun juri yang dari yang akan menilai hasil karya para peserta yakni Alamanda Santika (Chief Activist, FemaleDev), Ario Rajasa (Foun der Tees.co.id), dan Hiro Wardhana (CEO Cordeinc). Setelah menjalani Hacksprint nantinya akan dipilih beberapa tim untuk melanjutkan ke tahap Bootcamp yang akan lebih fokus pada “go-to-market strategy” sampai akhirnya diluncurkan ke publik. (Humas UGM/Catur)