Universitas Gadjah Mada tidak pernah berhenti untuk selalu meningkatkan kapasitas dan kualitas keilmuan yang dimiliki. Sebagai upaya refeleksi terhadap Tri Dharma perguruan tinggi pada bidang keilmuan, Universitas Gadjah Mada mengadakan International Conference Series. Bertajuk International Conference on Tropical Agriculture (ICTA), kegiatan ini merupakan konferensi internasional pertama yang diadakan UGM dengan mengangkat topik pertanian di wilayah tropis.
Bertempat di Yogyakarta, ICTA mengundang para pembicara profesional dari berbagai negara. Pembicara yang hadir diantaranya, yakni Prof. Mamoru Kanzaki dari Kyoto University, Japan; Prof. Stefaan De Neve dari University of Ghent, Belgium; Prof. Dr. Heinz Dieter Isengard, University of Hohenheim, Germany; Dr. Mulyoto Pangestu, Monash University, Australia. Selain itu, hadir juga sebagai pembicara kunci dalam konferensi dari UGM, yakni Suadi, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D., dan Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc. Semuanya menjadi pemateri dalam konferensi yang diadakan selama dua hari pada 25-26 Oktober 2016.
Pada plenary session pertama, Dr. Heinz memaparkan topik berkaitan dengan teknologi pertanian yang tertulis dalam abstraknya berjudul “Agriculture Technology Needs Food Analysis, Quality Control of Frying Olis by Very Rapid Methods.” Menurut Heinz, minyak kelapa sawit merupakan salah satu produk penting bagi Indonesia dan dunia untuk berbagai keperlukan memasak khusunya penggorengan. Dalam perjalanan waktu, proses penggorengan minyak goreng secara kimia akan mengalami banyak perubahan oleh panas, oksigen, dan senyawa yang terkandung dalam barang yang akan digoreng. Maka dari itu, menurut Heinz, kualitas dari minyak kelapa sawit harus dijaga agar selalu baik dan aman dikonsumsi.
Dua metode yang sering digunakan untuk menentukan kualitas minyak goreng, yakni metode resmi dengan teknik kolom kromatografi preparatif untuk menentukan TPM dan metode alternatif dengan mengukur jumlah dielektrik pada lemak yang naik dengan peningkatkan kandungan dari molekul polar.
“Dari hasil penelitian, metode resmi lebih baik daripada metode dengan teknik dielektrik karena metode resmi sangat repeatable and reproducible,” jelas Dr. Heinz.
Sementara itu, Chairman dari ICTA, Yuni Erwanto Ph.D., menuturkan bahwa agenda konferensi menjadi ruang penguat untuk diseminasi riset dan diskusi pada tataran riset dan praktik keseharian. Senada dengan Yuni, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Suratman, menekankan peran UGM untuk mengelola pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan pada wilayah tropis.
“Pertanian wilayah tropis terus dikembangkan untuk menyediakan makanan dan nutrisi bagi masyarakat global,” tambah Suratman. (Humas UGM/Catur)