Tim Sawah Kita UGM berhasil meraih juara dua dalam Kompetisi Ide Bisnis FIFGroup 2016 yang digelar di Kelapa Gading, Jakarta pada 28 Oktober 2016 lalu. Dalam kompetisi tersebut tim UGM mengajukan ide bisnis tentang sistem aplikasi yang menyediakan platform untuk menghubungkan investor dengan penerima modal yakni petani.
Adalah Suryo Prakoso Putra dan Salahuddin al Ayub dari Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM yang mengembangkan sistem aplikasi “Sawah Kita”. Keduanya berhasil meraih juara dua usai berkompetisi secara ketat dengan 167 tim lain dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Suryo mengatakan dalam kompetisi ini peserta diminta untuk mengajukan ide binis yang dapat diaplikasikan, memberikan profit dalam praktiknya, dan memiliki manfaat bagi masyarakat. Dari 168 tim yang mendaftar, dipilih 25 tim terbaik yang diundang menghadiri rangkaian final di Jakarta. Selama tiga hari, para semifinalis dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan terkait praktik ekonomi dan bisnis melalui seminar dan workshop. Dari 25 semifinalis tersebut selanjutnya dipilih 8 tim terbaik yang berhak melaju ke babak final.
“Senang dan bangga tentunya, tim UGM berhasil menyabet juara dalam kompetisi ini,” jelas Suryo, Rabu (2/11) di Kampus UGM.
Atas kemenangan tersebut tim Sawah Kita berhak mendapatkan bantuan modal kerja senilai Rp40 juta. Dalam kompetisi tersebut, tim UGM lain yaitu tim Fantastico juga berhasil meraih juara harapan 3 dan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp5 juta.
Lebih lanjut disampaikan Suryo, dalam kompetisi itu mereka mengusung ide bisnis pengembangan program investasi berbasis pemberdayaan masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian terutama padi. Mereka mengembangkan sistem aplikasi yang dapat menghubungkan pemilik modal dengan penerima modal yaitu petani.
“Sawah Kita diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi investor sekaligus membantu meningkatkan perekonomian petani,” terangnya.
Pengembangan sistem aplikasi Sawah Kita bermula dari keprihatinan keduanya terhadap besarnya jumlah impor beras di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Produksi beras lokal yang dihasilkan petani masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional.
“Karenanya kami berupaya untuk mengembangkan sebuah sistem aplikasi yang tidak hanya memberikan keuntungan dalam berinvestasi, tetapi juga mampu mendorong perekonomian masyarakat terutama petani,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)