Sebagai wanita pertama yang menduduki jabatan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengakui bahwa tanggung jawab yang diberikan kepadanya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalankan. Namun, pengalamannya sebagai diplomat selama hampir 30 tahun dan kesadaran akan arti penting dari kewajiban yang diampu membuatnya dapat senantiasa melangkah dengan mantap.
“Setiap pekerjaan memang memiliki tantangan, demikian juga dengan peran sebagai diplomat. Menjadi Menteri Luar Negeri merupakan satu tanggung jawab yang sangat besar. Tetapi kerja keras bukan pilihan, itu adalah suatu keharusan,” ujarnya dalam acara Inspiring Talk Emtek Goes to Campus 2016, Rabu (2/11) di Grha Sabha Pramana UGM.
Di hadapan para mahasiswa yang hadir dalam acara ini, Retno mengisahkan pengalamannya sebagai diplomat profesional, khususnya selama menjabat posisi Menteri Luar Negeri dalam 2 tahun terakhir. Pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi, ia menjelaskan, ingin mewujudkan politik luar negeri yang membumi, yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh rakyat serta dapat memberikan kontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.
Visi ini mendorong Retno dan segenap menteri di dalam kabinet baru untuk bergerak cepat sejak awal masa kerjanya. Tiga hari setelah dilantik, pemerintah telah mengeluarkan empat prioritas politik luar negeri Indonesia, yaitu melindungi integritas wilayah RI, melindungi warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di luar negeri, meningkatkan diplomasi ekonomi, serta meningkatkan partisipasi dan kontribusi Indonesia untuk isu-isu kawasan dan dunia.
“Dalam dua tahun ini kami telah melakukan 19 negosiasi batas negara, yaitu 13 negosiasi untuk batas wilayah darat dan 6 untuk batas laut. Mengapa ini penting? Karena kalau batas wilayah kita sudah jelas, maka secara langsung potensi masalah kita dengan negara tetangga menjadi semakin kecil. Banyak masalah yang timbul karena belum selesainya batas wilayah,” paparnya.
Hal lain yang ia pandang penting untuk diketahui adalah peran penting yang dijalankan oleh Indonesia di kancah dunia, khususnya di kawasan ASEAN. Hingga saat ini, Indonesia telah terlibat dalam berbagai upaya negosiasi dan kerja sama strategis di ASEAN, terutama dalam menjaga kesatuan dan sentralitas ASEAN. Indonesia juga banyak berkontribusi dalam beberapa isu, seperti demokrasi dan perdamaian.
Bagi para mahasiswa yang akan masuk ke dalam dunia kerja, Retno berpesan agar mereka dapat bekerja keras menjadi aktor-aktor bagi kemajuan bangsa melalui pemikiran-pemikiran yang inovatif dan kreatif.
“Banyak teman-teman muda di sekitar saya yang pemikirannya sangat canggih, dan mereka bisa ngomong sama saya, seharusnya kita bisa seperti ini, kita bisa melakukan strategi itu. Hal ini yang saya sangat apresiasi dari mereka,” ujarnya.
Ia pun berharap kisah perjalanannya dapat menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk terus bekerja keras dan menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh semangat demi menunjukkan kontribusi bagi bangsa Indonesia.
“Setiap kali mau masuk negosiasi, sebagai diplomat langkah saya selalu mantap, tidak ada rasa minder. Kita harus semangat dan bangga menjadi Indonesia, dan kita yakin ke depan Indonesia akan menjadi lebih baik,” pungkasnya.
Rangkaian acara Emtek Goes to Campus yang berlangsung selama 2 hari ini diselenggarakan atas kerja sama antara UGM dan PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk (EMTEK), dengan menawarkan beragam kegiatan seperti Inspiring Talk, Jobfair, serta seminar dan workshop. Selain sebagai sarana rekrutmen, acara ini juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memperlengkapi diri dengan soft skill.
“Acara ini sangat pas untuk mendukung proses pembelajaran soft skill, khususnya dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi, serta untuk mendukung penyiapan mahasiswa UGM untuk dunia kerja,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. (Humas UGM/Gloria)