Hingga saat ini, data menunjukkan setidaknya 285 juta orang di dunia mengalami kebutaan. Menurut Badan Internasional untuk Pencegahan Kebutaan, 80 persen kasus-kasus dapat dihindari jika masyarakat mendapatkan layanan mata yang komprehensif.
Prof. dr. Suhardjo, S.U., Sp.M( K), spesialis mata sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UGM, mengatakan katarak merupakan penyakit mata akibat terjadinya kekeruhan pada lensa mata. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan terbanyak di negara-negara berkembang.
Suhardjo menuturkan banyak faktor risiko penyebab terjadinya katarak, diantaranya usia, genetik, merokok, paparan ultraviolet, diabetes dan penggunaan stereoid. Data Riskesdas tahun 2013 menyebut prevalensi katarak pada semua umur adalah 1,8 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) disusul Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Sementara prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%).
Sebagian besar penderita katarak di Indonesia belum menjalani operasi karena ketidaktahuan mengenai penyakit yang dideritanya dan ketidaktahuan jika buta katarak dapat dioperasi (51,6%). Selain itu, tidak sedikit dari mereka yang menderita katarak belum operasi karena tidak mampu membiayai (11,6%) dan tidak berani (8,1%).
“Mahal dan kurang edukasi yang menjadikan masyarakat takut. Padahal, tidak apa-apa karena bagaimanapun katarak tidak bisa diobati, hanya bisa dengan operasi,” katanya di Hotel Neo Yogyakarta, Rabu (2/11).
Mengingat arti penting kesehatan mata untuk masyarakat dan bertepatan hari kesehatan nasional ke-52 pada 12 November 2016, Jogja Eye Help bersama Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran UGM dan RS Happy Land berencana mengadakan operasi katarak massal. Bersamaan dengan itu, diadakan pula pemeriksaan kesehatan mata akibat miopia untuk anak-anak.
Suhardjo menambahkan target operasi katarak bisa diikuti 50-60 pasien, dan operasi dilakukan dengan standar operasi di rumah sakit. Sementara itu, untuk pemeriksaan mata anak-anak akibat minus ditargetkan diikuti sekitar 300 pasien dengan melibatkan 6-7 dokter.
“Sebanyak 5 – 10 persen anak-anak Sekolah Dasar mengalami gangguan di penglihatan dan 87 persen anak-anak sesungguhnya minus, namun tidak menyadari jika mengalami itu. Makanya, akan kita adakan pemeriksaan dan kalau minus nanti kita akan berikan kacamata gratis,” tambahnya.
Hj. Tri Kirana Muslidatun, S.Psi., dari Jogja Eye Help, menyatakan sebagai lembaga swadaya masyarakat non profit, JEH bertekad pada tujuan Jogjakarta bebas katarak. Dengan potensi yang dimiliki, Jogja Eye Help terus berupaya mewujudkan masyarakat Jogjakarta agar memiliki kesehatan mata yang optimal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan, produktivitas dan taraf hidup.
Terkait rencana bakti sosial operasi katarak dan pemeriksaan mata untuk anak-anak, Tri Kirana mengatakan operasi dan pemeriksaan akan dilaksanakan pada 12 November 2016 di RS Happy Land. Sebelumnya, pada 28 Oktober 2016 dan 5 November 2016 akan dilakukan screaning.
“Karena itu, saya berharap informasi ini disebarluaskan. Operasi memang dikhususkan untuk masyarakat Jogja. Monggo siapa-siapa yang karena usia atau mengalami blawur-blawur untuk bisa mengikuti,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)