Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada di kompleks Candi Prambanan memasuki hari kedua, Kamis (3/11). Sebanyak 59 mobil yang terdiri dari 2 jenis mobil, urban dan prototype secara bergiliran mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan lima kali race. Kontes mobil hemat energi ini dibagi menjadi dua kategori, urban dan protype, masing-masing kategori dibagi lagi menjadi empat jenis sumber energi, yakni listrik, gasoline (bensin), diesel, dan etanol. Pada kontes tahun ini, UGM mengirimkan tiga mobil yaitu Semar Urban Gasoline yang dilombakan di kategori urban concept dan Semar Prototype Diesel serta Semar Prototype Electric di kategori prototype.
Kampus lain pun turut memeriahkan kompetisi ini dengan menghadirkan beberapa modifikasi mobil yang mereka miliki. Salah satu mobil yang berlaga dalam kategori prototype berjenis bahan bakar gasoline adalah mobil Si Pitung. Sesuai dengan namanya, legenda perang dari tanah Betawi ini diharapkan oleh para penggagasnya bisa menang dalam KMHE. “Sesuai dengan namanya yang sudah melegenda, kita ingin mobil ini nantinya bisa menang,” kata Muhammad Akbar Wiguna, mahasiswa Teknik Mesin dari Universitas Negeri Jakarta.
Akbar bersama delapan orang anggota tim lainnya menuturkan, Si Pitung dalam satu kali ujicoba pertama berhasil melampui jarak 495 kilomerter dengan menghabiskan 1 liter bensin. Menurut Akbar, capaian kemampuan hemat energi Si Pitung ini belum maksimal dari rekor yang pernah dicapainya dalam kontes yang sama dua tahun lalu di Surabaya. “Dulu bisa juara pertama karena bisa mencapai 646 kilometer per liter,” kenangnya.
Tim dari Batavia gasoline team, kata Akbar, menargetkan agar Si Pitung bisa melampui jarak 800 kilometer per liter pada akhir perlombaan nanti. “Kita punya empat kali kesempatan lagi untuk menguji mobil ini betul-betul hemat energi,” katanya.
Untuk merakit Si Pitung, kata Akbar, dibutuhkan waktu satu tahun. Didominasi corak warna hijau dan hitam ini, biaya perakitannya menghabiskan dana sekitar Rp50 juta rupiah. Akbar mengaku salah satu tantangan dalam pembuatan mobil hemat energi adalah komponen pabrikasi. Meski begitu, 80 persen komponen dari mobil Pitung ini berasal dari bahan lokal. “Komponen lokal mencapai 80 persen, kita kerjakan di bengkel lokal dan di bengkel kampus,” paparnya.
Ridwan Nugroho, panitia KMHE bagian electrical inspektion, menuturkan pada hari kedua perlombaan terdapat dua mobil peserta yang dinyatakan belum lolos untuk uji elektrifikasi guna memenuhi syarat mengikuti perlombaan. Kedua mobil tersebut dari kategori urban car dan prototype car. “Kedua tim peserta kita minta untuk memperbaiki lagi mobilnya sampai mereka bisa lolos uji,”katanya.
Tahun ini, UGM menjadi tuan rumah Kontes Mobil Hemat Energi yang berlangsung hingga Jumat malam (4/11). Kompetisi ini memang mengharuskan setiap mobil mengikuti 10 tahapan uji inspeksi mobil yang dipersyaratkan oleh panitia agar bisa mengikuti kontes. Penentuan pemenang ditentukan dari kemampuan terbaik mobil untuk menghabiskan energi paling sedikit namun jarak tempuh yang dilalui lebih panjang. (Humas UGM/Gusti Grehenson)