Dunia telah memasuki era ekonomi gelombang ke-4, yang dikenal dengan nama Era Ekonomi Kreatif. Pergeseran dari ekonomi pertanian menuju era industrialisasi, disusul dengan era informasi yang menghasilkan banyak penemuan baru di bidang teknologi informasi telah membawa masyarakat dunia menuju ekonomi digital.
Melalui era industrialisasi tersebut tercipta pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang sistematis untuk kemudahan dan efisiensi. Di sisi lain, melalui era informasi tercipta berbagai teknologi jarak jauh, seperti internet dan email.
“Keberadaan teknologi ini menciptakan hubungan saling ketergantungan antarmanusia, sehingga mendorong masyarakat lebih aktif, kreatif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi baru,” kata Budi Wibowo, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY pada Seminar Nasional bertajuk Digitalisasi Universitas Untuk Pengembangan Karakter Sosial dan Kewirausahaan, di UC UGM, Kamis (10/11).
Membacakan sambutan Gubernur DIY, Budi Wibowo mengungkapkan di era ekonomi kreatif, pertambahan jumlah penduduk tidak dipandang sebagai masalah jika masyarakat dapat secara mandiri meningkatkan daya hidup melalui kreativitas yang dimiliki. Apalagi, perkembangan ekonomi kreatif di suatu wilayah tidak lepas dari adanya sektor industri kreatif.
“Industri kreatif fokus pada penciptaan daya kreasi, baik menciptakan, maupun memodifikasi sesuatu agar bernilai ekonomis. Sektor industri kreatif layanan komputer dan piranti lunak merupakan kolaborasi perkembangan ekonomi Era Informasi dan Era Ekonomi Kreatif,” ungkapnya.
Seminar Nasional Digitalisasi Universitas Untuk Pengembangan Karakter Sosial dan Kewirausahaan diselenggarakan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT HM Sampoerna Tbk dan Putera Sampoerna Foundation School Development Outreach (PSF SDO). Seminar bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk berwirausaha, khususnya di ranah digital.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Senawi, M.P., memberi apresiasi kepada Putera Sampoerna Foundation dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. PSF SDO selain memberi beasiswa, juga berpartisipasi dalam membina wirausaha-wirausaha muda dengan menggelar seminar nasional.
Bagi Senawi, apa yang dilakukan PSF SDO sejalan dengan kebijakan UGM yang senantiasa mendorong lulusannya untuk tidak mencari pekerjaan, namun berani membuka lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, UGM terus berupaya mendorong mahasiswa dan lulusannya terjun ke dunia kewirausahaan.
“Bagaimanapun kewirausahaan prospek yang sangat bagus, karena di negara-negara maju mereka yang terjun ke dunia kewirausahaan mencapai sekitar 12 persen. Sementara itu, kita masih sangat jauh karena yang terjun ke dunia kewirausahaan di Indonesia kurang dari 12 persen. Makanya, peluang ini sangat terbuka untuk siapa saja,” imbuhnya.
Head of Stake regional Relations and CSR PT HM Sampoerna, Henny Susanto, menjelaskan seminar dan pemberian beasiswa merupakan bukti komitmen perusahaan dalam melakukan investasi di bidang pendidikan dan pengembangan potensi generasi muda di Indonesia. Di tahun 2015 lalu, investasi pendidikan yang sudah dilakukan PT HM Sampoerna Tbk telah menjangkau hampir 80 ribu penerima manfaat, termasuk 4 ribu siswa-siswi Sekolah Menengah Atas.
“Kami meyakini bahwa dengan berbagai kegiatan yang dilakukan PT HM Sampoerna Tbk, khususnya yang bersama dengan Sampoerna Foundation akan melahirkan program-program unggulan demi kualitas pendidikan di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Taruli Aritonang, Regional Relations and CSR Manager PT JM Sampoerna Tbk, mengatakan berkembangnya era global saat ini menjadikan kompetisi dalam dunia kerja ataupun wirausaha semakin ketat. Oleh karena itu, Sampoerna secara berkesinambungan berupaya untuk mendukung peningkatan kapasitas generasi muda melalui berbagai program, diantaranya seminar, workshop dan lain-lain dengan tema-tema yang menarik.
“Hal ini diharapkan dapat memperkaya wawasan generasi muda khususnya para mahasiswa, dan mampu menggerakkan mereka untuk menghadirkan ide-ide yang bermanfaat untuk Indonesia,” ujarnya. (Humas UGM/ Agung)