Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Bahkan, menjadi negara terbesar kedua setelah Brazil dengan kekayaan hayatinya. Berbagai kekayaan hayati Nusantara tersebut dapat Anda lihat lebih dekat di Museum Biologi UGM.
Museum yang terletak di Jl. Sultan Agung, Yogyakarta ini memamerkan aneka koleksi spesimen flora dan fauna Indonesia dalam bentuk awetan kering dan basah. Museum ini juga memiliki sejumlah koleksi biji-bijian dan fosil hewan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Ribuan koleksi awetan hewan dan tumbuhan (herbarium) ada di museum Biologi UGM. Dari total jumlah koleksi tersebut 70 persen diantaranya merupakan awetan tumbuhan yang hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Sementara itu, 30 persen sisanya adalah koleksi awetan hewan bertulang belakang maupun tidak bertulang belakang.
“Ada sekitar 4 ribu koleksi awetan hewan dan tumbuhan di museum ini,” ungkap Ida Suryani, petugas Museum Biologi UGM, Kamis (17/11).
Ida menjelaskan berbagai koleksi yang ada dipamerkan dalam sembilan ruang pameran. Ruang I antara lain berisi koleksi insektarium, awetan harimau Sumatera, kerangka gajah Nyi Bodoro dari Keraton Yogyakarta, awetan kucing hutan, dan beruang. Ruang II difungsikan sebagai kantor dan ruang III menyajikan koleksi awetan hewan basah meliputi ikan dan hepertofauna.
Selanjutnya, di ruang IV dan VI berisi koleksi awetan kering burung seperti burung cenderawasih, elang jawa, gagak, dan lainnya. Ruang V berisi koleksi berbagai koleksi kerangka hewan, misalnya badak jawa, kambing, kuda, gorilla, orang hutan, bahkan kerangka manusia. Ruang VII menyajikan koleksi awetan tumbuhan dan hewan beberapa diantaranya adalah buaya, beruang madu, dan harimau.
Di ruang VIII berisikan koleksi fauna campuran. Ada kerangka ikan duyung dan awetan komodo, penyu, tapir, kus-kus, ikan hiu martil dan hiu zebra, serta kucing emas. Sementara di ruang IX pengunjung dapat menyaksikan koleksi diorama hewan dan juga herbarium kering. Ruang X berisikan ratusan herbarium basah dan koleksi biji-bijian bahan pangan dan tanaman obat.
“Beberapa koleksi fauna juga ditampilkan dalam bentuk diorama yang menggambarkan habitat alami mereka di alam,” terang Ida.
Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S Daryono, mengatakan museum Biologi UGM ini merupakan salah satu sarana bagi Fakultas Biologi untuk memperkenalkan biodiversitas Indonesia ke masyarakat. Museum ini diharapkan mampu menjadi wahana pendidikan bagi masyarakat, khususnya tentang pendidikan hayati.
“Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Lewat museum ini masyarakat bisa mengetahui dan mengenal lebih dekat keanekaragaman hayati yang ada di Nusantara,” paparnya.
Tidak hanya itu, melalui museum ini juga mencoba untuk mengingatkan dan mengajak generasi muda untuk turut serta menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati tropika.
“Kita tidak hanya sekadar mengenalkan kekayaan hayati yang ada, tetapi juga mengajak generasi muda untuk ikut menjaga, memanfaatkan secara bijak, dan melestarikannya,” tuturnya.
Budi Daryono berharap museum Biologi UGM mampu menjadi salah satu center of excellent biodiversitas tropika. Untuk itu, pihaknya terus melakukan pembenahan dan pengembangan museum melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Kedepan, museum ini dirancang bisa menjadi wisata edukatif yang tidak hanya menjadi sarana untuk mengenalkan keanekaragaman hayati kepada masyarakat. Masyarakat nantinya tidak sekadar berkunjung menikmati aneka koleksi yang ada, tetapi juga diberikan kesempatan untuk turut terlibat dalam pengawetan spesimen serta berbagai kegiatan lainnya.
“Kita terus melakukan penataan supaya museum ini bisa menjadi jendela yang menyajikan informasi secara lengkap terkait keanekaragaman hayati tropika Indonesia bagi masyarakat luas,”pungkasnya.
Nah, bagi Anda yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh koleksi museum Biologi UGM silakan saja langsung berkunjung ke museum ini. Museum Biologi UGM buka pada Senin sampai Kamis pukul 8.00-16.00 WIB dan Jumat pukul 8.00-15.00 WIB. (Humas UGM/Ika)