Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis. WHO melaporkan bahwa secara global telah terjadi peningkatan kasus DBD hingga 30 kali lipat dalam lima dekade terakhir. Dari 2,5 miliar penduduk dunia diperkirakan terdapat 50-100 juta kasus setiap tahunnya di lebih dari 100 negara endemis. Setiap tahunnya terjadi peningkatan hingga 100 ribu kasus dengan 20 ribu kematian.
Kepala Divisi Penyakit Tropik Infeksi IPD RSPAD Gatot Soebroto, dr. Soroy Lardo, Sp.PD., FINASIM., mengatakan DBD jika tidak dikelola dengan tepat akan mengakibatkan kematian. Demam dengue sulit dibedakan dengan demam karena virus lain sehingga dapat mengacaukan tatalaksana dan pengamatan penyebaran untuk mencegah transmisi virus.
Demam berdarah dengue mempunyai gejala trombositopenia, pendarahan spontan, serta kebocoran plasma yang gradual sehingga dapat menyebabkan syok. Sementara mekanisme patogenesis DBD maupun dengue shock syndrome (DSS) hingga kini masih belum jelas. Namun, saat ini telah terdapat beberapa mekanisme yang menerangkan respons autoimun terhadap infeksi virus dengue. Mekanisme terbaru tersebut antara lain molecular mimicry, bystander activation and viral persistence.
“Beberapa penelitian terbaru membuktikan bahwa DBD disebabkan oleh fenomena autoimun yang dicetuskan infeksi virus dengue,” kata dosen Fakultas kedokteran UPN Veteran Jakarta ini saat ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (22/11). Dalam kesempatan itu, Soroy mempertahankan disertasi berjudul “Antibodi NS 1 Pada Demam Berdarah Dengue: Kajian Aspek klinis, Antibodi NS 1 sebagai Fungsi Prediktor dan Protektif”.
Melihat hal tersebut, Soroy melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peranan autoimun khususnya antibodi NS 1 terhadap memberatnya DBD. Hasilnya menunjukkan bahwa antibodi NS 1 tidak dapat menjadi prediktor memberatnya DBD. Kendati begitu, anti bodi ini dapat menjadi faktor proteksi terhadap memburuknya klinis DBD.
“Dari hasil modelling memperlihatkan angka trombosit, nilai SGPT, angka leukosit,Ig M Anti NS 1 dan Ig G Anti NS1 merupakan prediktor memberatnya DBD,” tutupnya. (Humas UGM/Ika)