Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia merupakan forum bersama untuk mendekatkan link and match lulusan perguruan tinggi pertanian. Ibaratnya, jika perguruan tinggi pertanian sebagai sebuah perusahaan industri SDM maka untuk menghasilkan jumlah maupun spesifikasinya akan sangat bergantung pada masing-masing perguruan tinggi pertanian.
Demikian dikatakan Dekan Fakultas Pertanian sekaligus ketua umum Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI), Dr. Jamhari, S.P., M.P., pada Lokakarya dan Seminar Nasional FKPTPI bertema Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Pertanian untuk Menghasilkan SDM Profesional Berdaya Saing Global. Lokakarya dan Seminar Nasional digelar Fakultas Pertanian UGM bekerjasama dengan FKPTPI selama 2 hari, 22 – 23 November 2016.
“Terkait link and match, ini masih bergantung pada masing-masing PT, bagaimana treasure studinya. Lulusan nanti baik menjadi birokrat, peneliti, atau tenaga profesional pertanian di perusahaan bagi perguruan tinggi pertanian masih meraba-raba,” kata Jamhari, di Auditorium Prof. Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM, Selasa (22/11).
Menurut Jamhari, masing-masing perguruan tinggi pertanian belum terbiasa membudayakan pembagian unggulan. Padahal, di Indonesia terdapat 500 komoditas unggulan hasil binaan Kementerian Pertanian RI.
Dari 500 komoditas pertanian tersebut, Jamhari yakin tidak akan mampu dikerjakan oleh sebuah perguruan tinggi pertanian. Atau dengan kata lain, tidak mungkin sebuah perguruan tinggi mampu menangani 500 komoditas pertanian unggulan.
“Namun, saya meyakini 500 komoditas pertanian akan membuat kuat semuanya. Yaitu, dengan tidak menutup sumber daya yang dimiliki untuk bisa menangani itu. Semua menyesuaikan dengan kekuatan kita masing-masing, baik itu kekuatan SDM, infrastruktur, laboratorium dan lain-lain,” katanya lagi.
Karena itu, FKPTPI menjadi forum sekaligus kesempatan bagus untuk mencoba melihat keunggulan masing-masing perguruan tinggi pertanian. Di sisi lain, keterlibatan Kemenristekdikti, Kementerian Pertanian, Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pedesaan juga perlu mendorong industri SDM perguruan tinggi pertanian agar menghasilkan lulusan yang mendasarkan diri pada kebutuhan dan spesifikasinya.
Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D ., menyambut baik penyelenggaraan Lokakarya dan Seminar Nasional FKPTPI yang diikuti 90 perguruan pertanian di Indonesia. Dengan digelarnya kegiatan ini diharapkan akan memancing kembali semangat generasi muda untuk menekuni dunia pertanian.
Menurut Dwikorita, jika di tahun 1960 sebanyak 85 persen penduduk Indonesia terjun dalam bidang pertanian, maka saat ini tinggal separuhnya. Data terakhir di tahun 2015, tercatat yang tinggal di pedesaan sekitar 45 persen.
“Artinya, apa dalam kurun waktu 50 tahun lebih sudah terjadi urbanisasi penduduk desa pindah ke kota. Padahal, kekuatan pertanian kita adalah di desa,” ungkap Rektor.
Saat ini, kata Rektor, anak-anak muda sangat kurang minat di bidang pertanian. Maka, ketika suatu saat pergi ke sawah-sawah sebagian besar yang dijumpai adalah ibu-ibu yang berusia di atas 40/50 tahun.
“Ini potret, kalau ini terjadi di berbagai belahan di Indonesia, bagaimana pertanian akan maju, karena sudah jarang ditemui anak muda mau terjun ke sawah-sawah. Ini tentu menjadi PR bagi perguruan tinggi pertanian di Indonesia, bagaimana membangkitkan kembali generasi muda untuk cinta pada pertanian kita,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)