UGM menjadi tuan rumah penyelenggaraan 10th Global RCE Conference yang akan berlangsung pada 23-25 November 2016. Mengusung tema “Engaging with Local Communities for the Sustainable Development Goals”, konferensi ini akan mempertemukan para akademisi, pembuat kebijakan, pelaku industri, LSM, serta berbagai pihak terkait, untuk berdiskusi mengenai percepatan program aksi global demi mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
“Ini adalah minggu yang amat bersejarah bagi komunitas global dan bagian penting dari sejarah dunia terkait isu-isu yang mengkhawatirkan antara harmonisasi bumi dengan kehidupan. UGM sebagai salah satu pusat RCE akan menjadi tuan rumah untuk konferensi global RCE yang kesepuluh,” ujar Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, Selasa (22/11) di Grha Sabha Pramana.
Regional Centres of Expertise on Education for Sustainable Development (RCE on ESD) merupakan sebuah jaringan regional dari institusi serta individu yang berkomitmen untuk menggunakan pendidikan dan pembelajaran sebagai alat untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Untuk berkontribusi pada pembangunan pasca Millenium Development Goals (MDGs) yang selesai pada tahun 2015, RCE berkomitmen untuk memperluas jangkauan pendidikan dalam pembangunan berkelanjutan dengan mengimplementasikan program aksi global serta menerjemahkan kebijakan serta visi pembangunan global ke dalam aksi-aksi nyata.
“Tujuh belas program SDGs harus disukseskan oleh seluruh negara, terutama oleh anggota RCE di seluruh benua. Kita sebagai inti dari gerakan ini akan segera melaksanakan kerja sama global yang riil untuk mencapai ketujuh belas tujuan tersebut,” imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya menerjemahkan visi pembangunan global ke dalam konteks regional serta lokal. Dalam konteks lokal Daerah Istimewa Yogyakarta, ia menyampaikan, semangat gotong royong serta filosofi Hamemayu Hayuning Bawana menjadi pedoman yang perlu senantiasa diingat dan diimplementasikan.
“Filosofi-filosofi seperti ini sekarang sudah luntur. Karena itu, dengan RCE kita mengingatkan agar kembali kepada prinsip-prinsip hidup ini. Dengan keistimewaan dan kekhasan Jogja, mari kita jadikan Kampus UGM, Keraton, dan kampung sebagai bagian dari implementasi ESD for SDGs,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Deputi Kementerian Lingkungan Hidup, Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si., saat ditemui di sela-sela penyelenggaraan 1st International Conference on Biodiversity, Food Security and Health di Grha Sabha Pramana. Konferensi RCE Global, menurutnya, merupakan langkah penting untuk mencapai keberlanjutan sumber daya alam.
“Konferensi ini adalah satu langkah menuju keberlanjutan sumber daya alam, dan menjadi bagian dari strategi nasional untuk mencapai hal tersebut. Dari sini akan diambil rekomendasi apa yang patut ditindaklanjuti oleh kementerian-kementerian terkait,” papar Sugeng.
Penyelenggaraan 1st International Conference on Biodiversity, Food Security and Health yang berlangsung sehari sebelum dibukanya Konferensi RCE juga menjadi salah satu bentuk perhatian UGM terhadap permasalahan global yang menjadi topik pembahasan dalam RCE, seperti kualitas kesehatan, ketahanan pangan, serta kelestarian lingkungan.
“Biodiversitas kita memang besar, tapi kita mencoba memikirkan bagaimana menemukan keterkaitan yang lebih konkret antara biodiversitas dengan kesejahteraan masyarakat. Kita perlu meningkatkan kesejahteraan, tapi itu harus terkendali agar tidak mengurangi biodiversitas,” jelas Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, M.Sc.
Sebanyak 160 peserta dari berbagai negara di dunia akan hadir dalam Konferensi RCE Global di UGM. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini akan diisi dengan seminar serta keynote speech, diskusi tematik paralel, kunjungan ke berbagai komunitas lokal, serta pameran. (Humas UGM/Gloria)