Rektor UGM, Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, menjadi salah satu pembicara dalam Indonesia Economic Forum 2016 yang diselenggarakan 14-15 November lalu di Hotel Shangri-La, Jakarta. Dalam forum tersebut, Dwikorita memaparkan komitmen UGM untuk berkontribusi bagi bangsa melalui penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
“Kami menyadari bahwa pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia harus digerakkan oleh pembangunan masyarakat berbasis pengetahuan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” paparnya.
Mengusung tema Driving Innovation: Reshaping Indonesia’s Economy, konferensi ini menjadi ajang yang mempertemukan para pebisnis, pembuat kebijakan, serta pakar di berbagai bidang strategis untuk saling berdiskusi dan mendorong inovasi dalam perekonomian Indonesia di tahun-tahun mendatang. Selain Rektor UGM, dalam konferensi ini turut hadir sejumlah pembicara utama dari dalam dan luar negeri, diantaranya Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto; Kepala BKPM, Thomas Lembong; Pendiri Ancora Capital, Gita Wirjawan; pendiri Berkarya Indonesia, Ilham Habibie; pendiri Six Capital, Patrick Teng, Prof. Dr. Gordon Hewitt dari University of Michigan, dan Prof. Dr. Atif Ansar dari University of Oxford.
Salah satu poin yang dipaparkan oleh Dwikorita dalam forum ini adalah perhatian UGM terhadap pengembangan wilayah pedesaan di Indonesia. Wilayah pedesaan, menurutnya, merupakan salah satu tonggak bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Meski demikian, ketertinggalan yang dialami warga pedesaan membuat banyak pemuda memilih untuk meninggalkan desa mereka dan mencari penghidupan di kota-kota besar.
“Melihat data pada tahun 1960, 85% populasi Indonesia tinggal di desa, sedangkan sekarang pada tahun 2016 kurang dari 50% yang tinggal di desa. Jika kita melihat tingkat kemiskinan, memang ada kondisi yang timpang. Inilah mengapa kita harus bekerja lebih keras untuk membangun desa,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, permasalahan tersebut mendorong UGM yang lekat dengan julukan Universitas Desa untuk mengembangkan desa pintar (smart village). Ini merupakan skenario strategis UGM untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) demi mewujudkan pembangunan Indonesia secara berkelanjutan.
“Banyak yang membangun kota pintar (smart city), namun belum ada yang memikirkan bagaimana mengembangkan desa pintar. Ini adalah skenario UGM untuk menerapkan pendidikan, riset, serta pengabdian kepada masyarakat untuk menguatkan kapasitas Indonesia,” imbuhnya.
Selain itu, Dwikorita juga menyampaikan pentingnya inovasi dan pengembangan teknologi sebagai penggerak perekonomian nasional dan global. Hal ini menjadi dasar bagi UGM dalam menjalin kolaborasi dengan pihak-pihak pendukung, termasuk institusi pemerintah, investor, ataupun perusahaan pengembang teknologi. Kolaborasi ini salah satunya dilakukan dengan Six Capital yang juga menjadi salah satu mitra pendukung dalam Indonesia Economic Forum. UGM bersama Six Capital membangun kerja sama yang fokus pada pengembangan teknologi digital.
Salah satu hasil dari kolaborasi ini adalah pendirian Digital Innovation Center di UGM. Setelah membangun teaching factory and industry, pusat inovasi ini semakin menambah kekuatan UGM sebagai penggerak kemajuan bangsa. Selain itu, UGM dan Six Capital juga akan bekerja sama dalam penerapan riset di bidang layanan kesehatan preventif melalui aplikasi digital yang diberi nama NusaHealth. Aplikasi ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pola hidup yang sehat serta mendorong masyarakat untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka masing-masing. Diskusi mengenai NusaHealth dalam Indonesia Economic Forum melibatkan beberapa pembicara dari UGM, diantaranya Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit UGM, Prof. Dr. Elisabeth Siti Herini, Dr. Lutfan Lazuardi, dan Dr. Andreasta Meliala, dan George Iwan Marantika sebagai moderator.
Dalam bidang Geospatial Intelligence, UGM berkolaborasi dengan Six Capital dalam menyelesaikan permasalahan kebencanaan di Indonesia, khususnya kebakaran hutan dan lahan di wilayah gambut. Wilayah kajian yang menjadi pilot project adalah Pulau Padang dengan luas wilayah 110.000 Ha. Dalam kesempatan tersebut, tim UGM yang antara lain diwakili oleh Dr. Trias Aditya Kurniawan dan Dr. I Made Andi Arsana, dengan dimoderatori oleh Dr. Danang Sri Hadmoko, mempresentasikan teknologi LIDAR dan GeoCrowd Peatland Management dan Forest Fire Prevention. Sementara itu, CEO Six Capital Singapore, Paul Teng, menyajikan presentasi mengenai dampak geocrowd dalam edukasi masyarakat terhadap hal mitigasi bencana kebakaran hutan yang bersifat transboundary dan menjadi perhatian bagi Singapura.
Sementara itu, di bidang Big Data Analytics, dosen dan peneliti yang menjadi pembicara adalah Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya, Dr. Tri Kuntoro, Dr. Widyawan, dan Dr. Eddy Junarsin, dengan moderator Dr. Paripurna Poerwoko. Mereka memaparkan fakta bagaimana big data menjadi asset class utama di masa modern ketika organisasi yang memiliki kemampuan mengumpulkan dan menganalisis big data akan menikmati keunggulan kompetitif yang luar biasa. Kemampuan dalam big data analytics juga memungkinkan terwujudnya digital economy sebagai komponen daya saing bangsa Indonesia, terutama di tengah maraknya era financial technology (fintech) di dunia dan juga Asia.
“Berbagai institusi di Indonesia perlu memahami dan sekaligus menjadi salah satu pemain kunci di era fintech,” papar Paripurna. (Humas UGM/Gloria)