UGM akan segera merayakan hari jadinya yang ke-67. Serangkaian kegiatan untuk menyambut puncak Dies Natalis pun telah disiapkan. Salah satu kegiatan dalan rangkaian tersebut yakni acara Pagelaran Budaya UGM. Kegiatan yang bertajuk budaya tersebut diadakan selama tiga hari, yakni 25-27 November 2016.
Pagelaran Budaya UGM terdiri dari beberapa agenda, yaitu kompetisi, Pasar Budaya, dan Konser Gadjah Mada. Beberapa kompetisi bercorak kebudayaan dilaksanakan dalam Pagelaran Budaya. Kompetisi tersebut antara lain kompetisi macapat, paduan suara, sinden, dan pidato bahasa Jawa. Berbagai lomba tersebut bebas diikuti oleh seluruh kalangan civitas akademika UGM, baik mahasiswa, tenaga kependidikan, hingga dosen.
Koordinator Publikasi Pegelaran Budaya UGM, Cindy Shandoval, menjelaskan banyak peserta lomba pidato bahasa Jawa bukan asli Jawa. Hal itu menjadi keunikan sendiri menurut Cindy.
“Hal itu menunjukan meski tinggal di rantau, para peserta menghormati dan menjunjung tinggi kebudayaan setempat, dalam hal ini budaya Jogja,” ujar Cindy, Selasa (29/11).
Sementara itu, kegiatan lainnya yakni Pasar Budaya mendapat sambutan positif dari civitas akademika UGM. Kegiatan Pasar Budaya merupakan acara yang diikuti berbagai Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada) dari beragam wilayah di Indonesia. Total ada 23 Ormada dari berbagai wilayah di Indonesia ikut menyemarakkan acara Pasar Budaya. Dalam kegiatan itu para Ormada mengenalkan budaya daerahnya kepada seluruh pengunjung yang hadir dalam Pasar Budaya.
Para Ormada yang hadir membawa atibut-atribut khas daerahnya dari pakaian tradisional yang dikenakan, makanan, hingga pernak-pernik khas kedaerahannya masing-masing. Selain itu, para Ormada yang hadir juga berkesempatan tampil dalam panggung Pasar Budaya.
“Ormada yang hadir menampilkan berbagai kesenian tradisional dari tari, lagu, alat musik, dan beragam pertunjukan khas daerah lainnya,” ujar Cindy.
Di sisi lain, Konser Gadjah Mada menjadi penutup rangkaian acara Pagelaran Budaya. Konser tersebut menghadirkan musisi-musisi papan atas seperti RAN, Jikustik, dan The Finest Tree. Meski begitu, panitia tetap mengundang band-band lokal yang mengusung unsur etnik dalam musiknya. “Di sela-sela acara konser kami menayangkan serangkaian acara Pagelaran Budaya yang tengah berlangsung,” ujar Cindy.
Koordinator Sub-Divisi Seni dan Budaya Panitia Dies Natalies UGM ke-67, dr. Raden Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech, menyampaikan apresiasinya terhadap suksesnya acara budaya ini. Acara Pagelaran Budaya cukup diminati para pengunjung dalam tiap agendanya.
“Antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan budaya ini patut diapresiasi dan sangat membanggakan,” ungkap Ludhang.
Ludhang berharap misi kebudayaan yang diusung UGM dalam Pagelaran Budaya ini dapat tersampaikan. Ludhang mencontohkan, dengan adanya Pasar Budaya diharapkan berbagai Ormada yang sebelumnya eksistensinya tidak begitu semarak dan kurang diperhatikan dapat kembali dikenal dengan berbagai misi kebudayaan khas masing-masing.
Selanjutnya, dari lomba paduan suara, Himne Gadjah Mada menjadi lagu wajib yang harus dibawakan para peserta sekaligus juga memiliki maksud tersendiri. “Harapannya para civitas akademika dari mahasiswa, tenaga kependidikan, hingga dosen dapat menyanyikan Himne Gadjah Mada dengan baik sesuai ketukan dan nada yang benar,” jelas Ludhang. (Humas UGM/Catur)