Hari Disabilitas Internasional baru saja diperingati 3 Desember lalu. Seluruh dunia memperingati hari tersebut, tak terkecuali UGM. Panitia Dies Natalies UGM ke-67 bekerja sama dengan UKM Peduli Difabel mengadakan acara Seminar Nasional Harmoni Inklusi Diorama untuk memperingati hari tersebut. Mengambil tema “Kepedulian Terhadap Difabel Melalui Aksi dan Partisipasi Masyarakat” seminar nasional tersebut mendatangkan para pembicara ahli dalam bidang difabel. Para permbicara ahli tersebut yakni Angkie Yudistia, Triyono S.Pt, dan dr. Ronny Tri Wirasto Sp. KJ. Acara yang berlangsung pada Sabtu (3/12) di Auditorium Fakultas Psikologi tersebut penuh dihadiri peserta difabel serta para pemerhati difabel.
Materi pertama disampaikan dr. Ronny Tri Wirasto, Sp. KJ. yang membahas kesehatan kejiwaan kaitannya disabilitas. Menurutnya, tubuh dan jiwa atau mental tidak dapat dipisahkan. Dokter spesialis kejiwaan itu menambahkan bahwa pada prinsipnya mental yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat.
“Apa yang terjadi pada tubuh kita, mental kita harus dapat mengatasinya, begitu pun sebaliknya,” jelas ronny.
Lebih jauh, dr. Ronny juga menyatakan bahwa mental dan disabilitas sangat erat kaitannya. Menurutnya, gangguan mental dapat memengaruhi disabilitas mental. Ronny menjelaskan bahwa disabilitas mental adalah peningkatan pada distress psikologis pada difabel fisik dan sensorik. dr. Ronny menjelaskan dari sekitar 25.000 penyandang disabilitas di Yogyakarta, sebagian besar adalah penyandang disabilitas fisik. “Selama ini disabilitas mental belum mendapat banyak perhatian, padahal jumlahnya begitu banyak dan belum mampu ter-cover,” papar. Dr. Ronny.
Sementara itu, Angkie Yudistia yang mengidap tuna rungu sejak kecil menceritakan berbagai pengalamannya sebagai penyandang difabel. Ia kerap mengalami diskriminasi dari lingkungan sekitar dan sempat beberapa kali mentalnya jatuh oleh disabilitas yang diidapnya. Akan tetapi, berkat dukungan keluarga dan teman-temannya ia mampu bangkit dan sukses hingga sekarang. Saat ini, Angkie mendirikan Thisable Enterprise yaitu perusahaan yang bergerak di bidang publishing atau penerbitan, pendidikan, serta komunikasi.
“Saya tahu bagaimana sulitnya penyandang disabilitas untuk mendapat pekerjaan. Oleh sebab itu, Thisable Enterprise didirikan untuk memberdayakan para penyandang difabel,” ungkap Angkie.
Apa yang dilakukan Angkie juga dilakukan oleh Triyono. Triyono adalah pendiri dari Ojek Difable City Tour and travel yang akhir-akhir ini marak dikenal. Jasa ojek untuk penyandang difabel disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana transportasi bagi para penyandang difabel. Selain itu, ia juga kerap menemui dan mendengar cerita dari para penyandang difabel yang kesulitan mendapatkan angkutan umum.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Senawi, M.P., menjelaskan kepedulian UGM terhadap difabel tidak baru-baru ini saja tetapi sudah sejak lama dilakukan. UGM menerima mahasiswa penyandang difabel tiap tahunnya. Bahkan, tidak hanya mahasiswa tetapi tenaga kependidikan hingga dosen pun ada yang difabel. (Humas UGM/Catur)