Astrositoma merupakan jenis tumor otak yang paling banyak terjadi dengan tingkat insidensinya mencakup lebih dari 60 persen otak primer. Diffuse astrocytoma adalah salah satu bentuk astrositoma dengan tipe penyebaran yang infiltratif, dapat terjadi pada seluruh sistem saraf pusat terutama hemisfer serebri. Jenis penyakit ini mewakili 60 persen dari seluruh kasus tumor otak primer dengan angka kejadian 5-7 per 100 ribu orang per tahun.
Mahasiswa program Doktor Fakultas Kedokteran UGM, dr. Rita Cempaka, Sp.P.A., melakukan penelitian terkait ekpresi phosphatydilinositol-3 kinase (PI3K), Akt (protein kinase), dan mechanistic Target of Rapamycin (mTOR) dalam hubungannya dengan tingkat proliferasi, infiltrasi, gambaran histopatologi dan grading astrositoma maligna.
Penelitian ini melibatkan 44 pasien astrositoma dengan mengambil sampel berupa blok parafin dari stadium 2 hingga 4 yang ada dari RS Sardjito, RS Panti Rapih, RS Bethesda dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari tahun 2012 hingga 2016. Dari sampel tersebut diketahui sebanyak 12 kasus astrositoma stadium 2, stadium tiga 15 kasus, dan 17 kasus astrositoma stadium empat. “Rata-rata usia pasien astrositoma adalah 45,2 tahun, usia tertua 74 tahun, dan yang termuda 23 tahun,” kata Rita dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Senin (5/12).
Hasil penelitian ini menghasilkan temuan tentang adanya peningkatan ekpresi mRNA-PI3K (phosphatidylinositol-3kinase) dan peningkatan ringan ekpresi mRNA-Akt pada astrositoma dibandingkan jaringan normal namun tidak didapat peningkatan ekpresi mRNA-mTOR. “Selanjutnya, didapat hubungan antara ekpresi mRNA-Akt dan mRNA-mTOR ekpresi mRNA-Ki57,” katanya.
Seperti diketahui, Messenger RNA (mRNA) adalah salah satu tipe RNA berupa rangkaian nukleotida cukup panjang yang merupakan pembawa informasi genetik dari DNA ke ribosom dan berfungsi sebagai cetak biru untuk sintesis protein. Adapun mRNA ini dibuat melalui proses trankripsi.
Dia berkesimpulan bahwa mRNA-PI3K, mRNA-Akt, mRNA-mTOR dan MRNA-Ki67 tidak dapat digunakan untuk membedakan derajat histopatologik astrositoma. “Tidak ada korelasi antara mRNA-PI3K, mRNA-Akr dan mRNA-mTOR dengan grading histopatologik astrositoma,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)