Bahasa adalah alat komunikasi utama yang digunakan manusia. Dalam penggunaan bahasa, manusia kerap kali menggunakan idiom. Idiom adalah sebuah konstruksi gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan makna gabungan unsurnya. “Dalam berkomunikasi masyarakat menggunakan idiom untuk dapat menghasilkan daya retorika sehingga dapat meningkatkan ekspresi yang bersifat emosional,” jelas Huang Haiyan dalam ujian terbuka program doktor, Selasa (6/12) di Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Mahasiswi S3 asal China tersebut mencoba menjelaskan perbandingan idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia dari beberapa aspek. Beberapa aspek tersebut meliputi definisi, asal usul idiom, serta dari tataran linguistik dan kebudayaan dalam dua bahasa tersebut. Dalam disertaniya yang berjudul “Perbandingan Idiom Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia” Huang Haiyan berhasil menyimpulkan beberapa temuan dari penelitiannya.
Berdasarkan hasil analisisnya disimpulkan bahwa definisi idiom dalam bahasa Mandarin dan Indonesia memiliki persamaan, yakni idiom di kedua bahasa tersebut merupakan salah satu konstruksi idiomatik, dan memiliki struktur yang tetap. Selain itu, persamaan definisi lainnya dari kedua bahasa tersebut, yakni merupakan warisan dari zaman dahulu, memiliki makna lengkap, digunakan sebagai satu kesatuan, dan tidak boleh digunakan sebagian saja.
Huang Haiyan juga menemukan perbedaan definisi dan ciri-ciri dari idiom bahasa Mandarin dan Indonesia. Salah satu perbedaan tersebut terkait jumlah karakter idiom dari dua bahasa yang berbeda. Dari perbandingan idiom berunsur nama binatang dari kedua bahasa tersebut disimpulkan bahwa idiom bahasa Mandarin umumnya terdiri dari empat karakter sementara idiom bahasa Indonesia umumnya hanya terdiri dari dua karakter.
Hal itu sempat menimbulkan pertanyaan dari salah satu penguji ujian terbuka doktor yakni Prof. Dr. A.M. Hermina Sutami, M.Hum. Ia menanyakan pernyataan dalam disertasi Huang Haiyan yang menuliskan contoh idiom melebihi lima karakter. Prof. Sutami juga meminta Huang Haiyan memberikan contoh terkait idiom yang terdiri dari karakter yang tergabung dalam satu kalimat.
“Idiom dalam bahasa Mandarin bahkan bisa mencapai sepuluh karakter dan membentuk kalimat yang berdiri sendiri tanpa harus ditambahi karakter pendukungnya,” jawab Huang Haiyan menanggapi pertanyaan Prof. Sutami.
Meski begitu, Huang Haiyan juga menambahkan bahwa dalam bahasa Mandarin tetap ada idiom yang hanya terdiri dari 2-3 karakter dan penggunaanya dimasukkan dalam kalimat.
Sementara itu, pertanyaan juga sempat dilontarkan dari tim penguji lainnya yakni Dr. Amir Ma’aruf, M.Hum. Ia menanyakan terkait metode yang digunakan Huang Haiyan untuk menyimpulkan bahwa idiom bahasa Mandarin kebanyakan berasal dari tulisan sedangkan idiom bahasa Indonesia berasal dari bahasa lisan sehari-hari. Haiyan pun mengatakan bahwa ia menggunakan metode statistik terhadap berbagai idiom yang diteliti dari bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Meski sempat dihujani berbagai pertanyaan dari tim penguji Huang Haiyan dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan. (Humas UGM/Catur)