Pada bagian atas dari setiap batu nisan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, terukir simbol yang melambangkan kesatuan dari masing-masing pahlawan, seperti simbol bintang untuk Angkatan Darat atau simbol jangkar untuk Angkatan Laut. Diantara lebih dari 1000 nisan tersebut, terdapat satu nisan yang tidak memampang logo angkatan bersenjata atau gugus pasukan, melainkan logo sebuah perguruan tinggi, Universitas Gadjah Mada. Di bawahnya terpampang nama besar Prof. Dr. Sardjito, rektor pertama UGM yang juga merupakan pahlawan perjuangan bangsa Indonesia.
“Kita harus menghormati para pendiri UGM yang sudah membesarkan UGM seperti ini, termasuk salah satunya Prof. Sardjito yang dimakamkan di sini. Tanpa beliau-beliau, UGM tidak bisa menjadi seperti sekarang ini,” ujar Ibu Lilik Sutiarso, saat melakukan ziarah ke makam Prof. Sardjito di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Jumat (9/12).
Sebanyak 120 orang anggota Dharma Wanita di lingkungan UGM melakukan ziarah ke makam keluarga UGM Sawitsari serta Taman Makam Pahlawan Kusumanegara dalam rangka menyambut Dies Natalis UGM ke-67. Setelah melakukan upacara singkat dan mengheningkan cipta sejenak, kegiatan kemudian dilakukan dengan tabur bunga di makam. Tradisi yang dilakukan setiap tahun ini, menurut Lilik, untuk mengenang jasa para pahlawan agar para peserta juga dapat meneladani perjuangan mereka.
Selain memiliki jasa yang besar dalam bidang pendidikan dan kesehatan, Prof. Sardjito juga berperan besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Pada masa perang kemerdekaan, Prof. Sardjito turut berjuang melalui jalur kesehatan dengan mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi para prajurit, serta dengan membangun pos kesehatan untuk tentara. Perjuangan inilah yang menjadikan Prof. Sardjito sebagai sosok yang perlu dikenang dan diteladani, khususnya ketika mengingat kembali akan sejarah berdirinya UGM.
“Dengan ini harapannya kita bisa meneladani pengorbanan mereka yang betul-betul telah berjuang, dan ibu-ibu ini nantinya bisa menceritakan kepada keluarganya, bagaimana para pendiri UGM juga telah berjuang untuk UGM,” ujar Lilik yang mengkoordinasi kegiatan ziarah ini.
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempersatukan para anggota Dharma Wanita yang berasal dari berbagai fakultas di UGM agar dapat mengenal satu dengan yang lain serta mau bersatu untuk ikut meneruskan teladan para pendahulu.
Kegiatan ziarah ini merupakan kegiatan ketiga dari rangkaian kegiatan perayaan Dies Natalis UGM ke-67 di bidang non-akademik yang diselenggarakan oleh organisasi Dharma Wanita UGM. Sebelumnya, mereka juga melakukan kegiatan Anjangsana atau silaturahmi ke keluarga Rektor UGM terdahulu serta mengadakan kegiatan bakti sosial di Kabupaten Gunung Kidul.
“Kami mewakili panitia Dies Natalis UGM mengunjungi keluarga dari sembilan rektor terdahulu untuk bersilaturahmi, dan mereka merasa senang sekali ketika kita datangi. Selain itu, kami juga mengadakan bakti sosial di Dusun Sambirejo, Gunung Kidul dengan memberikan 300 paket sembako dan barang bekas layak pakai yang dijual murah dalam bazar, dan kemudian hasilnya akan digunakan Dharma Wanita di sana untuk baksos lagi,” jelas Lilik. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)