Badan Restorasi Gambut menggandeng Tim Ahli dari UGM dalam membuat peta panduan penyelamatan lahan gambut. Peta geospasial dengan skala 1:20.000 ini akan memetakan daerah di sekitar lahan gambut yang memiliki sumber cadangan air. Rencananya, peta ini akan selesai pada awal tahun depan yang akan menjadi panduan teknis bagi tujuh provinsi yang memiliki lahan gambut untuk mencegah risiko kebakaran di saat musim kemarau. “Selain menyediakan peta, UGM juga akan melakukan restorasi lewat pemanfaatan kesatuan hidrologi gambut,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D., kepada wartawan usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan BRG Badan Restorasi Gambut, Jumat (9/12) di ruang sidang pimpinan kantor pusat UGM.
Rektor menyebutkan Pulau Padang, Riau, dipilih sebagai model pengembangan Kesatuan Hidrologi Gambut untuk mencegah kebakaran lahan gambut. Bahkan, tim dari UGM juga menyiapkan data geospasial untuk restorasi hidrologi atas kerja sama sebelumnya antara UGM dalam penyediaan peta kontur resolusi tinggi yang diturunkan dari hasil pemotretan full-coverage LiDAR seluas 110.000 Ha sebagai panduan dalam restorasi hidrologi. “Pulau kecil ini kita jadikan model karena hampir keseluruhannya berupa lahan gambut menjadi makin rentan terhadap bencana kebakaran beberapa tahun terakhir,” katanya.
Model KHG ini, menurutnya, diharapkan mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi penyusunan Panduan Restorasi Lahan Gambut termasuk bagaimana strategi yang efektif mengintegrasikan keterlibatan berbagai pihak terutama mengedepankan para pihak lokal dalam sebuah gerakan masyarakat untuk restorasi dan pelestarian lahan gambut. “Kita melakukan restorasi gambut dari sumber penyebabnya kemudian dilanjutkan dengan aspek sosialnya,” katanya.
Kepala BRG, Nazir Foead, menyebutkan ada 14 juta hektar lahan gambut yang ada di 17 provinsi. Namun, BRG saat ini fokus untuk menambah lahan gambut sekitar 13 juta hektar yang ada di 7 provinsi . “Presiden minta kita fokus di tujuh propinsi. Dari 13 juta itu, yang masih utuh atau masih bagus berupa hutan primer tidak sampai 6 juta hekatar,” katanya.
BRG menargetkan hingga 2020 ada 2,4 juta lahan gambut yang sudah direstorasi. Untuk waktu jangka pendek akan dilakukan tindakan restorasi lahan gambut dengan memafaatkan sumber air di sekitarnya. Untuk melakukan restorasi tersebut BRG menunggu adanya hasil kajian pemetaan berupa peta geospasial lahan gambut yang tengah disusun oleh UGM.
Sekretaris BRG, Hartono Prawiratmaja, mengatakan pihaknya berupa agar proses restorasi gambut dilaksanakan secara terintegrasi sehingga perlu disusun panduan yang bisa diaplikasikan langsung di setiap provinsi dan kabupaten. “Saya berharap UGM dalam akhir tahun ini bisa menyelesaikan peta tersebut sehingga bisa diseminasi pada kabupaten yang punya gambut untuk menyusun rencana restorasi. Kita berharap aktivitas restorasi fisik di tahun depan sudah mengikuti rancangan yang betul,” pungkasnya.
Prof Azwar Maas, ketua tim ahli dari UGM, mengatakan pengembangan model restorasi gambut dengan memanfaatkan tingkat kesatuan hidrologi gambut dilakukan dengan memanfaatkan peta geospasial. Peta tersebut akan menentukan tingkat ketebalan gambut hingga sumber cadangan air. “Sumber cadangan air digunakan bisa mengaliri air ke bawah tanah agar bisa membasahi gambut ketika musim kemarau tidak mudah lagi terbakar,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)