Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, salah satunya adalah tanaman anggrek. Saat ini, setidaknya terdapat 5.000 spesies anggrek di Indonesia dari 30.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia. Sayangnya, keberadaan tanaman yang berpotensi dikembangkan menjadi biomedis ini semakin terancam karena bencana alam, alih fungsi lahan, maupun pencurian.
Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengembangan anggrek perlu terus dilakukan, selain edukasi kepada generasi muda dan masyarakat untuk turut berperan dalam pelestarian anggrek seperti yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Fakultas Biologi UGM bekerjasama dengan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM dan Kelompok Studi Pecinta Anggrek Fakultas Biologi (BiOSC) melakukan penanaman anggrek di lingkungan kampus. Pada akhir bulan September 2016 lalu tidak kurang dari 40 anggrek Dendrobium ditempel di pohon-pohon besar di sekitar Gedung Pusat UGM.
Susilo Hadi, M.Si., Ph.D., koordinator kegiatan penanaman anggrek, mengatakan kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap tanaman anggrek kepada mahasiswa serta warga kampus. Disamping itu, sekaligus sebagai wujud pelestarian anggrek yang terus menghadapi ancaman kepunahan.
“Harapannya kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan secara masif di lingkungan UGM,” tuturnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiyadi Daryono, M.Agr., Sc., mengatakan penanaman anggrek di area kampus tidak hanya sebagai wujud pelestarian tanaman anggrek saja. Namun begitu, juga untuk menyukseskan program penghijauan dalam rangka mewujudkan UGM sebagai kampus yang ramah lingkungan (blue campus).
“Fakultas Biologi mendukung program penghijauan kampus sekaligus memperindah kampus melalui penanaman anggrek di pepohonan di sekitar kampus UGM,” paparnya. (Humas UGM/Ika)