Semua orang menginginkan kesuksesan, namun kenapa yang terjadi sebaliknya sukses begitu sulit untuk diraih. Tentunya ada sesuatu yang salah. Oleh sebab itu, banyak orang memandang sukses harus dengan cara pandang yang benar.
Bagi beberapa orang menganggap sukses adalah ketika ia berhasil lulus dari bangku kuliah. Atau, seseorang merasa sukses jika ia berhasil menjadi suami seorang yang kaya raya. Atau malah seseorang merasa sukses jika berhasil mencapai indeks prestasi di atas 3.
“Pandangan-pandangan tersebut salah, sukses is not destination, sukses adalah journey, sukses itu sebuah perjalanan. Sukses adalah peta perjalanan diri yang kita buat sendiri dengan penuh kesadaran,” ujar Dr Adi W. Gunawan, CCH, President of Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, di sekolah Pascasarjana UGM , Kamis (15/12) pada Seminar Pengembangan Diri bertema Maximum Achievment With Mind Technology.
Untuk sukses, kata Adi Gunawan, orang tidak perlu ikut orang lain. Taruhlah seseorang yang merancang menyelesaikan kuliah selama 2 tahun, maka setiap langkah yang kecil yang tertuang dalam break down kegiatan untuk merampungkan kuliah selama dua tahun merupakan sukses.
“Satu demi satu kegiatan itu adalah sukses. Jadi, seperti saya kemarin minta tanda tangan proposal untuk disertasi, beberapa dosen membubuhkan tanda tangan, itu bagi saya sudah sukses satu demi satu. Penting diperhatikan sukses bukan tujuan akhir, sukses adalah perjalanan karena itu perlu dipersiapkan,” katanya.
Menurut Adi W. Gunawan sukses hidup adalah perjalanan sehingga orang tetap butuh target akhir. Target inilah yang terkadang tidak dimiliki banyak orang, mereka rata-rata tidak memiliki target yang jelas.
Karena itu, setiap yang sukses diharapkan memiliki impian (goals). Jika perlu goal-goal tersebut ditulis, karena jika diingat bagaimanapun memori yang dimiliki seseorang sangatlah terbatas.
Orang dalam waktu yang bersamaan paling mampu menerima lebih kurang tujuh informasi, minimal 5 dan maksimal 9. Dengan begitu, jika banyak yang dipikirkan bisa-bisa memori seseorang mengalami overload.
“Karena itu, tuliskan apa yang ingin dilakukan, dan kita harus memiliki skala prioritas, mana-mana yang paling penting. Tulis semua itu, jangan diketik karena dengan begitu akan terbawa dalam alam bawah sadar kita,” paparnya.
Prof. Ir. Suryo Purwono, MA.Sc., Ph.D, Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana, menyambut baik penyelenggaraan Seminar Pengembangan Diri. Dengan seminar ini diharapkan akan mampu menambah ilmu mahasiswa pascasarjana sehingga menjadi lulusan yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam pembangunan dengan pendekatan yang holistik.
“Dengan pengembangan pengetahuan yang interdisipliner dan dengan penguasaan teoritik dan praktis, diharapkan lulusan sesuai standar yang pada akhirnya akan mampu mengembangkan kurikulum dalam rangka mendukung program pendidikan Sekolah Pascasarjana UGM,” katanya. (Humas UGM/ Agung)